"Saya melihat jenazah-jenazah itu dengan mata kepala sendiri saat kami menemukannya di kuburan massal," ujar saksi yang tak ingin namanya disebut demi alasan keamanan, dalam wawancara telepon dengan The Guardian.
"Ada bekas tembakan berkali-kali di dada. Salah satu dari mereka kakinya terikat. Ada yang ditembak di kepala. Mereka dieksekusi," paparnya.
Baca Juga:
Konvoi Bantuan Kemanusiaan Terbesar ke Jalur Gaza Diluncurkan Mesir
Para korban diyakini tewas pada 23 Maret, dua di antaranya saat ambulans mereka ditembaki oleh pasukan Israel ketika hendak menjemput korban luka akibat serangan udara Israel.
Sementara itu, 13 korban lainnya adalah bagian dari konvoi ambulans dan kendaraan pertahanan sipil yang dikerahkan untuk mengevakuasi jasad dua rekan mereka. Salah satu korban adalah staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Seorang paramedis Bulan Sabit Merah, Assad al-Nassasra, dilaporkan masih hilang.
PBB mengatakan ambulans dan kendaraan lain dikubur di pasir menggunakan buldoser bersama jenazah para korban, dalam upaya yang tampaknya bertujuan menutupi pembunuhan tersebut. Rekaman video dari tim PBB menunjukkan kendaraan PBB, ambulans, dan mobil pemadam yang dihancurkan dan terkubur di pasir oleh militer Israel.
Baca Juga:
Petinggi Negara Terburon di ICC: Daftar yang Mengejutkan dan Kontroversial
"Ini pukulan besar bagi kami... Orang-orang ini ditembak," kata Jens Laerke, juru bicara kantor koordinasi bantuan PBB, pada Selasa (8/4).
"Biasanya kami tak kehabisan kata-kata, tapi kali ini kami kesulitan menemukannya. Ini salah satu kasus itu."
Kesaksian ini menambah tuduhan dari pejabat senior Bulan Sabit Merah Palestina, Pertahanan Sipil Palestina, dan Kementerian Kesehatan Gaza bahwa beberapa korban ditembak setelah ditangkap dan diikat oleh pasukan Israel.