Duka juga menyelimuti kota-kota Palestina dengan toko-toko dan bisnis tutup. Bendera dikibarkan setengah tiang, dan masjid-masjid menyiarkan ayat-ayat Al-Quran mulai pagi hari.
Bencana keluarga Abu Raya adalah salah satu insiden paling mematikan di wilayah yang terkepung sejak 2020 ketika kebakaran terjadi di pasar pusat kamp pengungsi Al-Nusseirat.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Kebakaran itu menewaskan sedikitnya 50 orang, termasuk wanita dan anak-anak, serta puluhan lainnya terluka. Selain itu, puluhan toko, kios komersial, dan mobil rusak. Kerugian ditaksir mencapai USD4 juta.
Pihak berwenang pada saat itu mengatakan bahwa api dipicu oleh kebocoran dari tabung gas yang disimpan dalam jumlah besar di sebuah toko roti.
“Tampaknya insiden itu serupa, tetapi kenyataannya mengatakan bahwa mereka benar-benar berbeda,” Abu Ahmed Abu Raya, kepala keluarga Abu Raya mengatakan kepada The New Arab.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Ia menambahkan bahwa alasan bencana kebakaran yang menimpa keluarganya masih belum diketahui
"Tidak ada keluarga sepupu saya yang selamat untuk memberi tahu kami apa yang terjadi pada mereka. Kami percaya kepada Tuhan dan akan bersabar dengan bencana kami," ujarnya.
Insiden itu memecah belah penduduk setempat, dengan beberapa menyalahkan blokade Israel, dan yang lain mengatakan Hamas memikul tanggung jawab karena diduga mengizinkan para pejabat untuk menimbun bensin dan bahan bakar di gedung-gedung tempat tinggal.