Mata uang Laos, kip, telah jatuh dan turun lebih dari sepertiga terhadap dolar AS tahun ini. Suku bunga yang lebih tinggi di AS telah memperkuat dollar dan melemahkan mata uang lokal, sehingga meningkatkan beban utang mereka dan membuat impor lebih mahal.
Bank Dunia mengatakan negara itu memiliki cadangan 1,3 miliar dollar AS per Desember tahun lalu. Tetapi total kewajiban utang luar negeri tahunannya nyaris sama jumlahnya hingga tahun 2025, atau hampir setara dengan setengah total pendapatan domestiknya.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Utang publik Laos berjumlah 88 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2021, menurut Bank Dunia, dengan hampir setengah dari angka itu berutang ke China.
Akibatnya, Moody's Investor Services menurunkan peringkat negara yang diperintah komunis menjadi "junk" bulan lalu, kategori di mana utang dianggap berisiko tinggi.
2. Pakistan
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Harga bahan bakar di Pakistan naik sekitar 90 persen sejak akhir Mei, setelah pemerintah mengakhiri subsidi bahan bakar. Langkah itu terpaksa diambil untuk mengendalikan pengeluaran di tengah negosiasi program bailout lanjutan dari IMF.
Ekonomi Pakistan sedang berjuang dengan kenaikan harga barang. Pada Juni, tingkat inflasi tahunan mencapai 21,3 persen, tertinggi dalam 13 tahun.
Seperti Sri Lanka dan Laos, Pakistan juga menghadapi penyusutan cadangan mata uang asing hingga hampir setengah dari total sejak Agustus tahun lalu.