Sejak Mohammed bin Salman (MbS) menjadi pemimpin de facto Arab Saudi, tampaknya ia berambisi menjadi negara moderat. Dia membangun banyak bangunan dan mereformasi aturan yang dianggap konservatif setelah Visi 2030.
Visi 2030 merupakan kerangka kerja strategis dan misi Arab Saudi untuk mengurangi ketergantungan negara pada minyak sebagai sumber pendapatan utamanya.
Baca Juga:
Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Putaran Ketiga
Di bawah kepemimpinan MBS, Arab Saudi juga mulai membuka diri di sektor pariwisata, budaya dan sosial atau apapun yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi negara. Contoh lain dari fenomena yang terkait dengan tanda-tanda kiamat adalah perebutan tahta di Arab Saudi.
Arab Saudi telah diganggu oleh rumor kudeta dan perebutan tahta, terutama ketika MbS naik tahta menggantikan sepupunya, Mohammed bin Nayef, untuk menjadi putra mahkota.
Untuk mengamankan posisinya, MbS disebut sering menangkap kerabat yang dianggap sebagai ancaman.
Baca Juga:
Kanwil Kemenag Kaltara Alokasikan 221.000 Jatah Haji untuk Tahun 2025
Menanggapi konflik tersebut, banyak netizen yang melihat perebutan tahta sebagai tanda akhir zaman.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, menilai anggapan kiamat terkait perebutan takhta hanya mitos.
Namun, Yon tak menampik asumsi itu kemungkinan muncul dari salah satu hadis Nabi Muhammad SAW.