WahanaNews.co | Usai menunjuk putrinya, Nurul Izzah, sebagai penasihat pro bono di bidang ekonomi dan keuangan, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menuai kritikan.
Terlepas dari fakta bahwa Nurul pro bono alias tak dibayar, para kritikus menilai penunjukan tersebut sebagai bentuk nepotisme, lantaran putrinya itu tidak memiliki pengalaman di bidang ekonomi dan keuangan.
Baca Juga:
Kapolri Dapat Gelar Panglima Gagah Pasukan Polis dari Kerajaan Malaysia
Organisasi non-pemerintah, Transparency International Malaysia (TI-M), memandang bahwa penunjukan Nurul tersebut "memberikan sinyal yang salah, dan jika tidak diperbaiki akan menjadi faktor yang bakal muncul dalam Indeks Persepsi Korupsi".
"Mudah-mudahan Perdana Menteri turun tangan dan melakukan penyesuaian agar kita tidak kehilangan talenta Nurul Izzah," kata Presiden TI-M, Muhammad Mohan, seperti dikutip harian The Star.
Melansir CNN Indonesia, mantan anggota kelompok aktivis pro-Anwar Otai Reformis, Abdul Razak Ismail, juga mengecam keputusan Anwar tersebut.
Baca Juga:
Pelaku Penyandera Bocah di Pospol Pejaten Mau Uang Tebusan dan Seorang Resedivis TPPO
"Persepsinya sederhana. Dari 32 juga orang (di Malaysia), apakah benar-benar tidak ada yang bisa menjadi penasihat Perdana Menteri?" kata Abdul seperti dikutip Free Malaysia Today.
Menanggapi hal ini, Anwar membantah penunjukan putrinya itu bukan sikap nepotisme seperti yang dituduhkan.
"Nepotisme adalah di mana (anggota keluarga) diberikan posisi untuk menyalahgunakan kekuasaan, memperkaya diri sendiri, mendapatkan kontrak dan mendapat bayaran yang sangat besar. Ini (penunjukan Nurul) jelas bukan nepotisme," kata Anwar seperti dikutip The Straits Times, Selasa (31/1).