Pejabat Turki itu bersikeras bahwa upaya yang gagal untuk menggulingkan pemerintahan Erdogan dari jabatannya pada Juli 2016 didalangi oleh ulama Fethullah Gulen dan para pendukungnya. Kudeta yang gagal, yang berujung pada ribuan penangkapan, juga membuat hubungan AS-Turki diliputi ketegangan secara signifikan ketika Ankara mengecam Washington karena menyembunyikan Gulen.
Melansir Sindonews, pemilihan presiden dan parlemen Turki dijadwalkan akan digelar pada 14 Mei. Perlombaan untuk kursi kepresidenan diperkirakan sebagian besar akan menjadi pertarungan antara Erdogan dan saingan utamanya Kilicdaroglu.
Baca Juga:
Dua Oknum ASN Pemkab Manokwari Disebut Bawaslu Langgar Netralitas
Sementara calon petahana telah mengejar kebijakan yang lebih konservatif dan independen, menjauhkan negaranya dari integrasi dengan Uni Eropa (UE) dan membina hubungan dekat dengan Rusia, Kilicdaroglu memperjuangkan pendekatan yang lebih berpihak pada Barat.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan keduanya terkunci dalam perlombaan yang ketat. Jika tidak ada kandidat yang memperoleh lebih dari 50% suara di putaran pertama, putaran kedua akan diadakan pada 28 Mei.
Dalam wawancara tahun 2020 dengan New York Times, sebelum terpilih sebagai presiden, Biden menggambarkan Erdogan sebagai "otokrat".
Baca Juga:
KPU Bone Bolango Sosialisasikan Pembentukan Pantarlih untuk Pemilihan Bupati Tahun 2024
"Washington harus mengambil pendekatan yang sangat berbeda terhadapnya sekarang, memperjelas bahwa kami mendukung kepemimpinan oposisi," tambahnya pada saat itu, mengutip tindakan keras Erdogan terhadap Kurdi dan kerjasamanya dengan Rusia. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.