WahanaNews.co | Peluang Indonesia untuk melakukan ekspor batu bara ke sejumlah negara Eropa sangat terbuka.
Terlebih, Komisi Uni Eropa mengusulkan pelarangan pembelian emas hitam asal Rusia ini dan kemungkinan akan berlaku penuh per Agustus 2022 mendatang.
Baca Juga:
Kebijakan Proteksionisme Trump Berpotensi Pukul Ekspor Indonesia
Hal ini dilakukan sebagai sanksi lanjutan Uni Eropa atas serangan Rusia ke Ukraina.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia membeberkan bahwa sejak perang Rusia-Ukraina mulai berkecamuk pada 24 Februari 2022 lalu, beberapa negara Eropa telah menjajaki untuk mencari pasokan batu bara dari Indonesia. Namun demikian, pihaknya tidak mengetahui secara pasti persisnya.
"Beberapa potential buyers bahkan sejak Februari lalu, sejak pecah perang sudah menjajaki untuk cari suplai dari Indonesia," kata Hendra, Jumat (8/4/2022).
Baca Juga:
Mendag Budi Lepas Kontainer ke-400.000 Produk Makanan Olahan ke 15 Negara
"Dengan adanya import ban (larangan impor) batu bara Rusia oleh Eropa, tentu para pembeli, buyers dari Eropa mau tidak mau all out untuk cari suplai, baik dari Australia, Afrika Selatan, Kolombia dan Indonesia," tuturnya.
Hendra menilai peluang ekspor batu bara ke sejumlah negara Eropa untuk saat ini memang memungkinkan. Namun demikian, hal tersebut juga tergantung dari kualitas batu bara yang dibutuhkan.
"Harga freight juga, terus dari sisi supplier juga apa ada yang punya slot untuk kualitas yang dibutuhkan dan lain-lain," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli. Rizal berpendapat, kebijakan larangan pembelian batu bara Rusia oleh negara-negara Eropa tentunya akan berdampak pada peningkatan permintaan pasokan, terutama dari Indonesia yang merupakan salah satu produsen batu bara terbesar.
Namun demikian, bukan berarti batu bara Indonesia yang akan masuk ke Eropa menggantikan batu bara Rusia. Setidaknya, menurutnya Eropa akan lebih banyak mengambil batu bara dari Afrika Selatan dan Amerika Latin yang jaraknya relatif lebih dekat ke Eropa, dibandingkan dari Indonesia.
"Indonesia juga berpeluang mengekspor batu baranya ke Eropa untuk mengisi kekurangan suplai yang terjadi saat ini," ujarnya.
Seperti diketahui, rencana Komisi Uni Eropa untuk melarang pembelian batu bara asal Rusia telah menimbulkan kepanikan dari konsumen batu bara di Eropa.
Pasalnya, mereka harus segera mencari alternatif pengganti pasokan batu bara Rusia tersebut dengan sumber lainnya, salah satunya Indonesia.
Sumber di industri batu bara menyebut, sejumlah konsumen batu bara asal Eropa telah berbondong-bondong meminta pengiriman batu bara dari Indonesia. Bahkan, permintaan bukan hanya dari perusahaan, melainkan juga atas nama pemerintahnya.
Para pembeli batu bara asal Eropa ini bahkan tidak terlalu memusingkan harga.
"Mereka bahkan rela membeli di harga berapapun, yang penting pasokannya ada," ungkap sumber yang enggan disebutkan namanya, dikutip Jumat (08/04/2022).
Menurutnya, ini terjadi karena para pembeli batu bara Eropa ini lebih mengutamakan ketersediaan pasokan dan keamanan energi untuk negaranya terlebih dahulu.
"Saya belum pernah melihat fenomena seperti ini sebelumnya di industri batu bara ini. Ini panic buying!" ungkapnya.
Dengan kondisi seperti ini, dirinya melihat harga batu bara masih akan terus melonjak. Harga kini pun menurutnya belum berada di puncaknya.
Meski pada perdagangan Kamis (07/04/2022), harga batu bara kontrak Mei ditutup melemah 0,64% dibandingkan hari sebelumnya, namun masih berada pada posisi tinggi, yakni US$ 287,5 per ton.
Dalam sepekan, harga batu bara masih menguat 14,09% tetapi dalam sebulan masih turun 32,67%.
Seperti diketahui, harga batu bara dunia sempat mencapai puncaknya pada awal Maret 2022 dengan mencapai lebih dari US$ 400 per ton. [qnt]