Sebaliknya, Kamboja belum memiliki jet tempur dan hanya mengandalkan helikopter serta beberapa drone buatan China.
Di laut, kekuatan Thailand bahkan jauh lebih mencolok. Thailand mengoperasikan kapal induk HTMS Chakri Naruebet (meski tidak aktif), sejumlah kapal frigat, korvet, kapal selam HTMS Chang, serta kekuatan marinir sekitar 25.000 personel.
Baca Juga:
Thailand dan Kamboja Gelar Pertemuan Perbatasan Bahas Penjinakan Ranjau dan Pembangunan Pagar
Sebaliknya, Kamboja hanya punya 12 kapal patroli ringan dan sekitar 3.000 marinir.
Kelebihan strategis Thailand diperkuat oleh aliansi militer yang kokoh, termasuk hubungan dengan Amerika Serikat melalui latihan gabungan seperti Cobra Gold, serta kerja sama pertahanan dengan China dan Korea Selatan.
Sementara Kamboja cenderung bergantung pada dukungan Tiongkok dan Rusia, terutama dalam pengadaan drone dan rudal jarak pendek.
Baca Juga:
Falcon Pictures Hadirkan Shutter, Remake Horor Legendaris Thailand dengan Sentuhan Lokal
Meski begitu, Kamboja menunjukkan tekad mempertahankan wilayah yang dianggapnya sah.
Tapi jika berbicara soal kekuatan militer secara keseluruhan, Thailand masih unggul di hampir semua lini, baik darat, laut, maupun udara.
Pertempuran di sekitar kuil Preah Vihear ini mungkin menjadi ujian ketahanan bagi Kamboja yang tengah membenahi militernya, dan sekaligus menjadi peringatan bahwa konflik sejarah bisa kapan saja berubah menjadi perang terbuka.