Sementara, rasa mencekam juga dirasakan oleh Dewi yang merupakan PMI asal Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali. Ia mengatakan saat terjadi perang di sana dirinya juga merasa takut karena mendengar ledakan.
Dewi juga merasa bersyukur kendati baru bekerja 9 bulan di Ukraina walau masa kontraknya 1,5 tahun yang menurutnya tentu rugi baru bekerja 9 bulan. "Iya pasti ketakutan, pastinya rugi tapi kan kita lebih menyelamatkan diri sendiri," ujarnya.
Baca Juga:
Ratusan Warga dan Pegawai Kota Yogyakarta Lakukan Aksi Donor Darah Bersama
Seorang warga bernama I Wayan Amin asal Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli, Bali, terlihat sangat senang karena istrinya bernama I Ketut Muliasi yang bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Ukraina akhirnya bisa kembali pulang ke Bali.
"Perasaan saya luar biasa. Namanya, suami ada perasaan yang tidak enak tapi tetap berusaha dan berdoa keselamatan istri," kata Amin saat menunggu kedatangan istrinya di Terminal Domestik Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, Senin (7/3).
Ia juga menyebutkan, ketika ada berita Rusia perang dengan Ukrania hampir setiap hari dia menelpon istrinya untuk mengetahui kondisi istrinya. Sementara, istrinya baru 7 bulan bekerja di Ukraina sebagai terapis SPA dan kontrak kerjanya dua tahun.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Yogyakarta Gelar Aksi Donor Darah Peringati HKN ke-60
"Setiap hari (telpon) dia baru mau pindah ke Rumania. Kalau ceritanya, dia bilang rasa takut dan kekhawatiran selalu ada. Cuman, pesan saya sebagai suami tetap mendorong dia jangan sampai mengambil keputusan yang membuat dia menjadi kalangkabut, saya dorong tetap agar dia tenang," ujarnya.
"Perasaan saya luar biasa bahagia, dia sudah balik ke Bali. Saya bersyukur istri sudah balik selamat walaupun suatu halangan yang begitu dia alami," ungkapnya. [qnt]