Populasi China mulai menurun 9-10 tahun lebih awal dari perkiraan pejabat China dan proyeksi PBB, kata Yi Fuxian, seorang ahli demografi dan pakar tren populasi China di University of Wisconsin-Madison.
Itu berarti, "krisis demografis China yang sebenarnya berada di luar perkiraan dan semua kebijakan ekonomi, sosial, pertahanan, dan luar negeri China di masa lalu didasarkan pada data demografis yang salah," kata Yi kepada The Associated Press.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Yi mengatakan, berdasarkan penelitiannya sendiri, populasi China sebenarnya telah menurun sejak 2018, menunjukkan krisis populasi “jauh lebih parah” dari yang diperkirakan sebelumnya.
China sekarang memiliki salah satu tingkat kesuburan terendah di dunia, hanya sebanding dengan Taiwan dan Korea Selatan, tambahnya.
Krisis ekonomi China yang membayangi akan lebih buruk daripada Jepang, di mana pertumbuhan rendah selama bertahun-tahun sebagian disebabkan oleh populasi yang menyusut, kata Yi.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
“China menjadi lebih tua sebelum menjadi kaya,” kata Yi.
Biro statistik China mengatakan populasi usia kerja antara 16 dan 59 tahun mencapai 875,56 juta, terhitung 62 persen dari populasi nasional, sedangkan mereka yang berusia 65 tahun ke atas berjumlah 209,78 juta, terhitung 14,9 persen dari total.
China mengumumkan penurunan populasi pertamanya dalam beberapa dekade, Selasa (17/1/2023). Badan Pusat Statistik China menyebutkan jumlah penduduk di akhir tahun 2022 berkurang 850.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya, menyisakan total 1,41 miliar orang, dengan 9,56 juta kelahiran dibandingkan 10,41 juta kematian sepanjang tahun 2022.