Diperkirakan 500 kali lebih melimpah daripada uranium-232 yang digunakan dalam reaktor nuklir konvensional, thorium telah dianggap sebagai solusi potensial untuk memenuhi permintaan tenaga nuklir.
Reaktor nuklir menciptakan energi dengan memaksa unsur-unsur radioaktif menjalani proses yang disebut fisi. Selama proses ini, unsur tersebut terurai menjadi unsur-unsur yang lebih kecil dan lebih stabil dan melepaskan panas yang dapat digunakan untuk menggerakkan turbin uap.
Baca Juga:
45 Pesawat Tempur Langgar Wilayah Udara, Taiwan Kecam Manuver Militer China
Torium sendiri tidak bersifat fisil, artinya tidak dapat digunakan untuk fisi, tetapi dapat menyediakan dasar untuk reaksi fisi. Hal ini karena thorium bersifat 'subur', artinya ia dapat berubah menjadi uranium-233 (U-233) saat dibombardir dengan neutron.
Dalam reaktor garam cair, thorium dicampur dengan bahan kimia yang disebut litium fluorida dan dipanaskan hingga sekitar 1400°C. Campuran ini kemudian dibombardir dengan neutron hingga sebagian thorium mulai berubah menjadi uranium-232 yang kemudian meluruh dalam reaksi fisi.
Saat meluruh, uranium ini menghasilkan lebih banyak neutron yang mengubah thorium tambahan menjadi bahan bakar. Secara teori, desain reaktor ini dapat mengubah unsur yang sangat melimpah menjadi sumber daya yang hampir tak terbatas.
Baca Juga:
Dominasi China Berakhir, AS Kini Mitra Dagang Terbesar Jerman
[Redaktur: Sobar Bahtiar]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.