WahanaNews.co, Jakarta - Otoritas Amerika Serikat prihatin karena data intelijen yang mereka bagikan dengan Israel ternyata digunakan untuk menargetkan warga sipil dan infrastruktur di Jalur Gaza, seperti yang dilaporkan oleh The Wall Street Journal pada Minggu (31/3/2024).
The Wall Street Journal memberitakan laporan tersebut dengan mengutip sumber yang mengetahui situasi tersebut.
Baca Juga:
Perkumpulan Tahanan Palestina: 61 Jurnalis Ditahan di Penjara Israel Sejak Agresi
Setelah serangan tanggal 7 Oktober, Amerika Serikat dan Israel menandatangani nota rahasia pembagian intelijen, demikian bunyi laporan itu.
Pada awal konflik, badan-badan intelijen AS mengembangkan aturan untuk bertukar data dengan Israel, tetapi kemudian para pembuat kebijakan senior di Gedung Putih akan menentukan apakah ada pelanggaran terhadap aturan tersebut, tambah laporan itu.
Lembaga khusus AS mengumpulkan data tentang kemungkinan pelanggaran aturan konflik oleh kedua belah pihak dalam sebuah laporan yang diterbitkan setiap dua pekan, menurut surat kabar tersebut.
Baca Juga:
Usai Puluhan Tentara Ogah Balik Perang ke Gaza, Israel Kalang Kabut
Dalam memorandum tersebut, Israel berkomitmen untuk menggunakan data tersebut dengan cara yang tidak menargetkan warga sipil atau infrastruktur sipil, ungkap surat kabar tersebut dengan mengutip para pejabat AS.
Pada saat yang sama, sulit untuk memahami secara pasti bagaimana informasi tersebut digunakan, ucap para pejabat itu.
Pada tanggal 7 Oktober 2023, kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan roket skala besar terhadap Israel dan melanggar perbatasan, menyerang lingkungan sipil dan pangkalan militer.