Perempuan berusia 30-an itu merupakan tulang punggung di keluarganya yang menafkahi suami dan anak-anaknya sebelum Taliban memerintahkan untuk menutup usahanya.
"Saya tidak melakukan apa-apa setelah bangun di pagi hari; saya salat, menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah," kata dia.
Baca Juga:
Trump Gegerkan Dunia dengan Ambisi Rebut Pangkalan Bagram Afghanistan
"Sebelumnya saya menjahit berbagai jenis pakaian termasuk gaun pengantin, gaun untuk anak-anak dan pakaian tradisional. Saya biasanya menambahkan cermin kecil pada pakaian, menyulam di gaun, dan menambahkan warna" ucapnya.
Wanita penjahit itu telah memindahkan tokonya dari pasar ke sebuah desa. Akan tetapi Taliban masih menemukannya, sehingga toko itu dipaksa tutup lagi.
"Toko saya tutup; perempuan tidak diperbolehkan bekerja. Pelanggan saya terus bertanya kenapa saya tutup, dan saya memberi tahu mereka kalau saya tidak bisa membuka toko tapi saya bisa menjahitkan pakaian mereka di rumah saya," ujar dia.
Baca Juga:
Menyelisik Pola Pikir Pemimpin Taliban Usai 2 Tahun Kuasai Afghanistan
"Saya tidak bisa menjadikan rumah saya seperti toko, karena rumah saya kecil, dan saya hanya memiliki mesin sederhana yang bisa saya gunakan.
"Sekarang saya hanya bisa menjahit pakaian sederhana, bukan gaun pengantin atau gaun pesta karena saya tidak memiliki peralatannya," kata dia kepada BBC.
"Suami saya dan saya sekarang menganggur, dan situasi keuangan kami kian memburuk dari hari ke hari. Anak perempuan saya juga tidak bisa membantu kami, terkadang kami menerima bantuan dari kerabat kami, cuma itu".