"Pengunduran diri Mahinda Rajapaksa menandai perubahan nasib yang memalukan bagi seorang pria yang selama bertahun-tahun menjadi orang paling berkuasa di Sri Lanka," kata Ayeshea Perera, editor situs BBC News Asia.
Sang mantan Presiden menjadi anggota paling terkenal dari dinasti politik yang sebenarnya belum lama berkuasa di kancah politik nasional.
Baca Juga:
Wickremesinghe Jadi Presiden Sri Lanka, Demonstran: Kami Tak Akan Mundur!
Mereka berasal dari generasi pemilik tanah di distrik selatan Hambantota, dan Mahinda pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 1970 --ia merupakan anggota termuda di parlemen waktu itu.
Kemudian, pada 1980-an, Mahinda terpilih lagi menjadi anggota parlemen, kali ini bersama kakak laki-lakinya, Chamal.
Mahinda menjadi populer karena mengecam pelanggaran hak asasi manusia dalam pemberontakan kelompok sayap kiri pada 1987-1989, yang membuatnya sampai meminta PBB untuk campur tangan.
Baca Juga:
Ekonomi Indonesia Disebut Masih Aman dari Krisis, Tapi…
Pada 1994, ia diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja oleh Presiden baru Sri Lanka, Chandrika Kumaratunga.
Selang 10 tahun kemudian, ia menjadi Perdana Menteri, dan pada tahun 2005 ia menang tipis dalam Pemilu untuk memperebutkan kursi kepresidenan.
Mahinda Rajapaksa menjabat sebagai Presiden Sri Lanka selama dua periode (2005-2015).