Namun, tuduhan yang dilontarkan Israel dan Trump terhadap Iran belum disokong bukti kuat.
Bahkan, Direktur Intelijen Nasional AS Tulsi Gabbard menegaskan bahwa Iran masih memerlukan waktu bertahun-tahun untuk bisa memproduksi senjata nuklir.
Baca Juga:
Darurat Sosial, 80 Persen Anak Indonesia Tumbuh Tanpa Intervensi Ayah
Namun Trump tetap menuding Teheran berada di ambang bahaya.
Faktanya, laporan terbaru Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tak menyatakan Iran melanggar kesepakatan nuklir.
Lembaga itu hanya menyebut Iran belum menjelaskan keberadaan fasilitas yang tidak dilaporkan.
Baca Juga:
Miris, Jutaan Lansia Indonesia Masih Bekerja di Usia Senja demi Bertahan Hidup
Tapi Israel menggunakan temuan ini sebagai dalih menyerang pada 12 Juni 2025, sebuah aksi yang memicu gelombang serangan balasan dari Iran.
Pertanyaannya kini: apakah menggulingkan Iran semudah menjungkalkan Saddam Hussein? Banyak analis meragukan.
Iran bukan Irak. Iran punya kekuatan militer tangguh, bahkan berhasil menghujani Israel dengan rudal, sesuatu yang belum pernah dilakukan negara lain sejak Israel berdiri.