Para pembuat kebijakan The Fed
mengatakan, kenaikan inflasi saat ini bersifat sementara, dan akan mereda
setelah gangguan pasokan dan efek dasar dari bulan-bulan awal krisis pandemi
virus Corona hilang.
Namun, ekonom Deutsche Bank tadi tidak
setuju, dengan mengatakan bahwa stimulus agresif dan perubahan ekonomi mendasar
justru akan menghadirkan inflasi yang sangat buruk ke depannya.
Baca Juga:
Ngeri, Di Hari Kemerdekaan AS Ramai Penembakan Massal Bunuh Warga
"Mungkin butuh satu tahun lebih lama,
hingga 2023, tetapi inflasi akan muncul kembali. Boleh jadi, ini adalah
kesabaran yang mengagumkan. Namun, faktanya, prioritas The Fed yang bergeser
ke arah tujuan sosial itu, juga mengabaikan inflasi, membuat ekonomi global kini
seolah duduk di atas bom waktu," tambah Folkerts-Landau.
"Efeknya bisa sangat menghancurkan,
terutama bagi kelompok masyarakat yang paling rentan," tegasnya.
Akan tetapi, pendapat ekonom Deutsche Bank
ini tidak banyak mendapat persetujuan dari Wall Street.
Baca Juga:
PM Inggris Katakan China Ancaman Terbesar Bagi Ekonomi Dunia
Jan Hatzius, Kepala Ekonom di Goldman Sachs,
mengatakan, ada "alasan kuat" untuk mendukung posisi The Fed.
Salah satu yang ia kutip adalah ditingkatkannya
kemungkinan mengakhiri tunjangan pengangguran.
Menurutnya, kebijakan ini akan mendorong
pekerja kembali ke pekerjaan mereka dalam beberapa bulan mendatang.