"Semua ini menunjukkan bahwa pejabat The
Fed tetap dengan rencana semula mereka, yakni keluar secara bertahap dari
sikap kebijakan saat ini yang serba memudahkan," tulis Hatzius.
Bagi Deutsche Bank, pandangan Hatzius itu
pun masih dapat dipatahkan.
Baca Juga:
Ngeri, Di Hari Kemerdekaan AS Ramai Penembakan Massal Bunuh Warga
Mereka mengutip, stimulus mega jumbo yang
disetujui Kongres, yakni senilai US$ 5 triliun, baru bisa didistribusikan
dengan baik ketika pertumbuhan ekonomi diprediksi sudah mencapai 10%.
"Belum pernah kita melihat kebijakan
fiskal dan moneter ekspansif yang terkoordinasi seperti itu. Ini akan berlanjut
ketika output bergerak di atas potensi," ujar Folkers-Landau lagi.
"Itulah mengapa kali ini (kebijakan The
Fed) berbeda untuk inflasi," imbuhnya.
Baca Juga:
PM Inggris Katakan China Ancaman Terbesar Bagi Ekonomi Dunia
Tim Deutsche mengatakan, inflasi yang
akan datang dapat menyerupai pengalaman tahun 1970-an, satu dekade di mana
inflasi rata-rata hampir 7% dan mencapai dua digit pada waktu-waktu tertentu.
Pada saat itu, melonjaknya harga makanan dan
energi, yang terjadi secara bersamaan dengan berakhirnya kontrol harga,
membantu mendorong lonjakan inflasi.
"Sudah banyak sumber kenaikan harga yang masuk
ke ekonomi AS. Bahkan, jika pun lonjakan itu hanya bersifat sementara, atau
sekadar catatan di atas kertas, maka situasinya mungkin bakal mengulang lagi
apa yang terjadi di tahun 1970-an," kata salah satu tim Deutsche Bank.