WahanaNews.co |
Yossi Cohen, mantan Kepala Badan Intelijen
Israel, Mossad, mengungkapkan berbagai operasi yang dilancarkan negaranya
terhadap Iran.
Cohen
mengungkapkannya melalu wawancara dengan jurnalis Ilan Dayan dalam program
dokumenter Uvda dari Channel 12.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Cohen
memberikan rincian tentang pencurian yang dilakukan Israel terhadap arsip-arsip
rahasia nuklir Iran.
Pencurian
tersebut dilakukan pada 2018 dan berhasil mengambil puluhan ribu dokumen nuklir
Iran ke luar negeri menuju Israel.
Dia juga
mengisyaratkan keterlibatan Israel dalam penghancuran fasilitas nuklir Iran di
Natanz.
Baca Juga:
Citra Satelit Ungkap Serangan Rudal Iran Hantam 3 Bangunan di Pangkalan Udara Israel
Melansir BBC,
Jumat (11/6/2021), Cohen pensiun sebagai Kepala Mossad pekan lalu.
Perdana Menteri
Israel, Benjamin Netanyahu, menunjuk Cohen sebagai Kepala Mossad pada akhir
2015.
Dia mulai
bergabung dengan badan intelijen tersebut pada 1982 setelah lulus dari sebuah
universitas di London, Inggris.
Dalam
wawancaranya itu, Cohen mengaku bahwa dia memiliki ratusan paspor sepanjang
kariernya di Mossad.
Momen yang
paling disorot dalam wawancara Cohen tersebut adalah saat dia mengungkapkan
pencurian arsip nuklir Iran.
Pada 2018,
Netanyahu sempat menyatakan, dia memiliki bukti bahwa Iran secara diam-diam
mencoba membuat senjata nuklir.
Cohen
mengatakan, butuh waktu selama dua tahun untuk merencanakan operasi tersebut
dengan melibatkan 20 agen Mossad di lapangan.
Namun, tidak
ada satu pun dari agen Mossad di lapangan itu yang merupakan warga negara
Israel.
Para agen masuk
ke gudang dan harus memecahkan lebih dari 30 brankas dan Cohen mengawasi
operasi itu melalui markas di Tel Aviv.
"Saat gambar
harta karun itu muncul di layar, ada kegembiraan yang luar biasa bagi kami
semua," kata Cohen, seperti dikutip oleh The Times of Israel.
Dia
menambahkan, semua agen selamat setelah melakukan aksinya dan kondisi mereka
baik-baik saja, meski sebagian dari mereka harus dikeluarkan dari Iran.
Sebelum Cohen
mengungkapkan operasi tersebut, Israel sebenarnya sudah berbicara secara
terbuka tentang mencuri puluhan ribu dokumen dari Iran.
Di awal
wawancara, Cohen berbicara tentang fasilitas nuklir Iran di Natanz.
Iran mengatakan
bahwa aksi sabotase menyebabkan kebakaran di fasilitas nuklirnya pada Juli
2020.
Sehari setelah
mengungkapkan peralatan barunya pada April, para pejabat Iran kembali
mengatakan pihaknya telah disabotase dan mengalami kerusakan besar.
Iran menuduh
Israel melakukan terorisme nuklir atas insiden tersebut.
Cohen
mengatakan kepada Dayan bahwa dia mengetahui situs Natanz dengan baik, dan
bahwa dia bisa membawanya ke ruang bawah tanah di mana alat pengaya uranium
bekerja.
Dan dia juga
berbicara tentang Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir terkemuka Iran, yang
dibunuh ketika sedang melakukan perjalanan pada November 2020.
Iran secara
terbuka menuduh Israel sebagai dalang di balik pembunuhan Fakhrizadeh.
Namun, Cohen
tidak mengonfirmasi atau menyangkal keterlibatan Israel dalam kematian
Fakhrizadeh.
Kendati
demikian, dia mengaku bahwa Fakhrizadeh adalah target Israel selama
bertahun-tahun lamanya.
Selain itu,
pengetahuan yang dimiliki Fakhrizadeh sangat menjadi perhatian Mossad.
"Jika pria
itu memiliki kemampuan yang membahayakan warga Israel, dia tidak boleh
hidup," kata Cohen.
Tetapi, dia
menambahkan bahwa seseorang dapat diselamatkan jika dia siap untuk berganti
profesi dan tidak merugikan Israel. [qnt]