Kebijakan yang anti mainstream TCMB mengikuti kemauan Erdogan yang anti terhadap suku bunga tinggi. Bank sentral biasanya akan menaikkan suku bunga ketika inflasi tinggi, tetapi TCMB malah mengambil kebijakan sebaliknya.
Kavcioglu berpandangan suku bunga tinggi adalah "biangnya setan". Ini sesuai dengan Erdogan, sebab jika gubernur TCMB memilik pandangan yang berbeda, akan berujung pada pemecatan.
Baca Juga:
Belanda Bangkit, Menang 2-1 atas Turki di Euro 2024 Berlin
Sebelum Kavcioglu, Gubernur TCMB dijabat Naci Agbal yang menjabat hanya lima bulan saja, November 2020 hingga Maret 2021. Di bawah era Agbal, nilai tukar lira Turki sangat perkasa.
Lira sudah melemah sejak 2018 dan di rekor terlemah sepanjang sejarah pada November tahun lalu. Namun, saat Agbal mulai menaikkan suku bunga perlahan lira bangkit, hingga mencatat penguatan 24% dari rekor terendah.
Jebloknya kurs lira bisa berdampak lebih luas bagi Turki. Inflasi di Turki saat ini nyaris mencapai 20%, dengan inflasi setinggi itu, riil yield obligasi tenor 10 tahun menjadi negatif.
Baca Juga:
Timnas Turki Menang Melawan Georgia di Euro 2024 Skor 3-1
Hal ini tentunya tidak akan menarik bagi investor menanamkan modalnya di Turki. Yield tenor 10 tahun Turki kini paling bawah dibandingkan negara-negara emerging market lainnya.
Dengan demikian, Erdogan akan sulit mendapatkan pembiayaan dari penerbitan obligasi. Apalagi jika kurs lira terus terpuruk pada analis memperkirakan inflasi bisa mencapai 30% sementara rill yield tentunya akan semakin negatif.
Tingginya inflasi kemudian akan menurunkan daya beli masyarakat. Ini tentunya berdampak pada pertumbuhan ekonomi.