COMAC menargetkan mendapatkan
sertifikasi kelaikan udara dari regulator lalu lintas udara China tahun ini,
bertepatan dengan peringatan 100 tahun Partai Komunis China.
Menurut Scott Kennedy,
Penasihat Senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington,
perusahaan ini menerima US$ 49 miliar - US$ 72 miliar (Rp 710,50 triliun - Rp
1.044 triliun, asumsi kurs Rp 14.500/US$) dalam bentuk subsidi pemerintah.
Baca Juga:
Jet Tempur F-15EX yang Dibeli Indonesia Berhasil Tembakkan Rudal Jelajah
Nilai itu jauh lebih banyak
daripada bantuan yang diberikan Airbus dan Boeing oleh pemerintah mereka.
"Masalah yang sangat
nyata adalah bahwa China memanipulasi pasar dalam memainkan Airbus dan Boeing
terhadap satu sama lain dan menuntut transfer teknologi sebagai syarat untuk
pesanan," kata Richard Aboulafia, pakar penerbangan di Teal Group, sebuah perusahaan analisis
pasar yang berbasis di Virginia, AS.
Lalu lintas udara China telah
pulih jauh lebih cepat daripada di negara lain di dunia.
Baca Juga:
China Klaim Pesawat C919 Buatannya Lebih Unggul dari Para Pesaing
Semua itu tak lepas dari
pengendalian wabah virus Corona relatif jauh sebelum yang lain tahun lalu.
Boeing percaya bahwa pasar
China akan membutuhkan 9.360 pesawat dalam 20 tahun ke depan, seperlima dari
total kebutuhan dunia.
Sehingga, adanya pesawat ini
dinilai akan menjadi rejeki nomplok besar untuk A320 dan 737 MAX, meskipun
China belum mengizinkan pengembalian pesawat Boeing setelah dua kecelakaan
fatal yang terjadi 20 bulan terakhir.