WahanaNews.co | China harus bersiap melakukan serangan nuklir pertama dan segera menepis kebijakan “bukan pengguna pertama” senjata pemusnah massal tersebut.
Desakan itu disampaikan seorang diplomat seniornya untuk melawan AUKUS , aliansi baru yang dibentuk Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Sha Zukang, diplomat senior yang merupakan mantan duta besar China untuk PBB, menyampaikan seruan itu dalam pertemuan puncak para pakar kebijakan nuklir negara tersebut.
”Inilah saatnya untuk memeriksa kembali dan menyempurnakan komitmen lama untuk hanya menggunakan nuklir sebagai pembalasan saat AS membangun aliansi militer dan karena meningkatkan kehadiran militernya di lingkungan kita,” katanya.
“Kebijakan Beijing saat ini—yang telah berlaku sejak 1960-an—telah memberi China landasan moral yang tinggi tetapi tidak sesuai. . .kecuali negosiasi China-AS setuju bahwa tidak ada pihak yang akan menggunakan [senjata nuklir] terlebih dahulu,” katanya, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Jumat (24/9/2021).
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Komentar Zukang—yang muncul saat China membangun ratusan silo rudal nuklir baru—penting karena Beijing sering menyampaikan perubahan kebijakan melalui diplomat senior. Badan yang dia ajak bicara—Asosiasi Kontrol dan Perlucutan Senjata China—secara resmi independen, tetapi memiliki ikatan kuat dengan Partai Komunis China.
Dia berbicara pada minggu yang sama ketika AS mengumumkan aliansi baru yang besar dengan Inggris dan Australia—dijuluki AUKUS—untuk menyediakan kapal selam bertenaga nuklir pertamanya, sebuah kemajuan teknologi besar yang jelas dirancang untuk mengimbangi kekuatan China di Indo-Pasifik.
Peringatan Zukang juga datang setelah aliansi lain antara AS, India, Jepang dan Australia—dijuluki Quad—di mana Presiden AS Joe Biden akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak para pemimpin secara langsung hari Jumat. Sementara keempatnya bekerja sama dalam berbagai masalah keamanan, ancaman yang berkembang dari China menjadi agenda utama.