Iran dan AS telah melakukan lima putaran pembicaraan untuk merumuskan kesepakatan baru sebagai pengganti perjanjian nuklir yang ditinggalkan oleh Presiden Trump pada tahun 2018.
Dalam kunjungannya ke Teheran, Menteri Luar Negeri Oman menyampaikan elemen proposal AS kepada Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi pada hari Sabtu.
Baca Juga:
Di Ambang Konflik Nuklir, AS Siapkan Diego Garcia Tak Jauh dari Indonesia
“Utusan Khusus Witkoff telah mengirim proposal yang terperinci dan dapat diterima kepada rezim Iran, dan merupakan kepentingan terbaik mereka untuk menerimanya,” ujar juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt, seperti dikutip The New York Times.
Proposal tersebut lebih berupa poin-poin penting daripada dokumen lengkap, termasuk seruan untuk menghentikan pengayaan dan pembentukan kelompok regional yang mencakup Iran, Arab Saudi, negara-negara Arab lainnya, serta Amerika Serikat.
Meski demikian, Iran menegaskan tidak berniat mengembangkan senjata nuklir.
Baca Juga:
Iran Gantung Warganya yang Dituduh Mata-mata Mossad dan Terlibat Pembunuhan Kolonel
Abbas Araghchi menegaskan kembali sikap negaranya pada hari Sabtu: Iran memandang senjata nuklir sebagai sesuatu yang “tidak dapat diterima”.
Pernyataan ini disampaikan sehari setelah Trump menegaskan bahwa Iran "tidak boleh memiliki senjata nuklir" dan menyatakan harapan agar kesepakatan dapat segera tercapai.
Laporan terbaru dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang diperoleh AFP menunjukkan bahwa cadangan uranium Iran yang diperkaya hingga 60 persen telah meningkat tajam.