Herat, sebuah kota Jalu Sutra kuno yang dekat dengan perbatasan Iran, telah sejak lama menjadi pengecualian untuk pusat-pusat yang lebih konservatif, meskipun sejumlah wanita di kota ini telah memakai burqa.
Taliban yang mengambil alih kekuasaan sejak bulan lalu, diketahui tengah membahas penyusunan pemerintahan baru untuk Afghanistan. Kelompok radikal ini telah menjanjikan pemerintahan "inklusif", namun banyak pihak meragukan bahwa wanita akan mendapatkan tempat dalam pemerintahan baru Afghanistan.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
"Kami mengikuti beritanya, dan kami tidak melihat wanita dalam pertemuan dan perkumpulan Taliban," sebut seorang demonstran lainnya, Mariam Ebram.
"Pembicaraan sedang berlangsung untuk membentuk pemerintahan, tapi mereka tidak berbicara soal partisipasi wanita. Kami ingin menjadi bagian pemerintahan -- tidak ada pemerintahan yang bisa dibentuk tanpa wanita. Kami ingin Taliban melakukan konsultasi dengan kami," cetus salah satu penyelenggara aksi protes ini, Basira Taheri.
Dia menambahkan bahwa "kebanyakan pekerja wanita di Herat kini berada di rumah" karena ketakutan dan ketidakpastian.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
Ditegaskan Basira Taheri bahwa aksi protes semacam ini akan berlanjut hingga tuntutan mereka dipenuhi oleh Taliban. "Wanita di tanah ini mendapat informasi dan berpendidikan. Kami tidak takut, kami bersatu," tegasnya.
"Kami akan melanjutkan aksi protes kami. Kami memulainya di Herat, itu akan segera meluas ke provinsi-provinsi lainnya," harapnya. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.