Sebagai langkah awal implementasi kesepakatan, masing-masing negara akan membentuk tim pengamat sementara yang melibatkan pejabat pertahanan dari negara-negara anggota ASEAN.
Tim ini akan berada di bawah koordinasi Malaysia selaku Ketua ASEAN tahun ini, sebelum nantinya dibentuk misi pengamat resmi dengan mandat yang lebih luas.
Baca Juga:
DJ Panda Diduga Hamili Tiga Wanita Tanpa Nikah, Termasuk Erika Carlina yang Kini Lapor Polisi
Kesepakatan ini mendapat sambutan positif dari Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyebutnya sebagai “langkah penting dalam memperkuat mekanisme pemantauan ASEAN dan menjaga gencatan senjata.”
Rubio menambahkan, “Presiden Donald Trump dan saya berharap kedua negara benar-benar menghormati komitmen mereka untuk mengakhiri konflik.”
Baca Juga:
Ranjau Meledak, Jet Tempur Thailand Balas Serang Kamboja di Wilayah Sengketa
Gencatan senjata mulai diberlakukan sejak 28 Juli, setelah Presiden Trump memberikan tekanan ekonomi kepada kedua negara.
Trump bahkan mengancam akan menghentikan kesepakatan dagang jika pertempuran tidak dihentikan.
Sebagai respons terhadap upaya diplomatik tersebut, Washington menurunkan tarif barang impor dari Kamboja dan Thailand, dari 36 persen menjadi 19 persen pada awal bulan ini, sebagai bentuk insentif untuk mempertahankan perdamaian.