Iran, di sisi lain, telah mengirimkan sebuah kapal perang penghancur Alborz ke wilayah itu pasca turunnya armada AS di Laut Merah.
Mengutip laporan Mehr News Agency, kapal perang yang masuk ke perairan itu bernama Alborz, Kapal itu merupakan bagian dari Grup 94 yang dilengkapi dengan rudal jelajah jarak jauh.
Baca Juga:
Perdagangan Tersendat, China Jadi 'Korban' Baru Konflik Laut Merah
Media Iran lainnya, Tasnim, lebih lanjut mencatat bahwa kapal militer Iran telah menjalankan misi regulernya untuk menjaga keamanan maritim. Tercatat, armada laut Iran telah memerangi bajak laut di laut lepas dan melaksanakan tugas lainnya sejak tahun 2009.
"Alborz bergabung dengan armada angkatan laut di Bandar Abbas (Iran selatan) pada tahun 1972 dan menjalani berbagai proses pengembangan dan modernisasi. Pada tahun 2015, kapal ini memasuki Selat Bab Al Mandab, dan pada tahun 2019, kapal ini ikut serta dalam latihan angkatan laut trilateral yang melibatkan Rusia, China, dan Iran," tulis media Lebanon, Al Mayadeen.
Sementara itu, ketegangan ini juga mendorong beberapa raksasa perkapalan dunia seperti Maersk, Ocean Network Express (ONE), Hapag Lloyd, dan Hyundai Merchant Marine (HMM) untuk menghindari perairan itu.
Baca Juga:
Berbekal Perangkat Jadul, Houthi Nekat Lawan AS yang Andalkan Jet Tempur Canggih F-35
Mereka memilih untuk memutar ke Tanjung Harapan di ujung Selatan Afrika.
Dampak dari situasi di Laut Merah telah mencakup peningkatan tarif pengiriman.
Tarif angkutan barang dari Asia ke Eropa Utara melonjak lebih dari dua kali lipat dalam minggu ini, mencapai lebih dari US$ 4.000 (sekitar Rp 62 juta) per unit 40 kaki.