WahanaNews.co, Fujian - Dalam perkembangan konflik di Laut Merah, China tampaknya menjadi salah satu korban baru.
Para pelaku usaha dari negara tersebut menyatakan bahwa gangguan terhadap transportasi di wilayah tersebut mengancam kelangsungan perusahaan mereka.
Baca Juga:
Berbekal Perangkat Jadul, Houthi Nekat Lawan AS yang Andalkan Jet Tempur Canggih F-35
Han Changming, seorang pengusaha yang mendirikan Fuzhou Han Changming International Trade Co Ltd yang berbasis di provinsi timur Fujian, mengungkapkan bahwa bisnisnya terdampak oleh eskalasi di jalur pelayaran global.
Perusahaan yang dimilikinya terkenal karena mengekspor mobil buatan China ke Afrika dan mengimpor kendaraan off-road dari Eropa.
Terutama untuk pengiriman kontainer ke Eropa, biaya pengiriman diketahui telah meningkat drastis, mencapai sekitar US$7.000 (sekitar Rp 109 juta), dibandingkan dengan US$3.000 pada bulan Desember.
Baca Juga:
Laut Merah Kian Panas, Bagaimana Dampaknya ke Inflasi RI?
"Gangguan ini telah menghapus keuntungan kami yang sudah tipis," kata Han, seraya menambahkan bahwa premi asuransi pengiriman yang lebih tinggi juga berdampak buruk pada perusahaan, dikutip Reuters, Jumat (19/1/2024).
Peningkatan ketegangan di salah satu jalur pelayaran tersibuk dunia telah menunjukkan kerentanan ekonomi China. Beijing diketahui sangat tergantung pada ekspor, yang dapat rentan terhadap gangguan pasokan dan perubahan permintaan dari luar negeri.
Kondisi ekonomi yang tengah melemah, termasuk krisis properti, penurunan permintaan konsumen, penurunan jumlah penduduk, dan pertumbuhan global yang melambat, semakin memperparah situasi.