WahanaNews.co | Salah satu jurnalis Filipina sekaligus pendiri media Rappler, Maria Ressa, menjadi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2021 pada Jumat (8/10/2021).
Nama Ressa terus menjadi sorotan setelah ia dan medianya vokal menyuarakan dugaan penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.
Baca Juga:
Ribuan Warga Manila Turun ke Jalan, Korupsi Proyek Hantu Rp34,3 Triliun Picu Gejolak Nasional
Ressa bahkan kerap beradu argumen dengan Duterte yang menganggap Rappler sebagai media penyebar hoaks.
"Maria Ressa menggunakan kebebasan berekspresi untuk mengungkap penyalahgunaan kekuasaan, penggunaan kekerasan, dan otoritarianisme yang berkembang di negara asalnya, Filipina," kata Komite Hadiah Nobel Norwegia, dalam jumpa pers.
Ressa dan sejumlah temannya mendirikan Rappler, media digital yang fokus pada jurnalisme investigasi, pada 2012.
Baca Juga:
Kedubes Asing Ramai Rilis Peringatan Baru soal Demo di Jakarta
Sejak itu, ia duduk menjadi CEO Rappler.
Di bawah kepemimpinan Ressa, Rappler vokal mengungkap ketidakberesan rezim Duterte, terutama terkait kampanye anti-narkobanya yang dinilai banyak pihak sarat pelanggaran hak asasi manusia.
Duterte memberikan kewenangan kepada aparat keamanan Filipina, terutama polisi, untuk meluncurkan penangkapan besar-besaran terhadap para pengedar dan pengguna narkoba.