WahanaNews.co | Rusia terus menggaungkan ancaman bakal menggunakan senjata nuklir dalam peperangan di Ukraina.
Presiden Vladimir Putin bahkan menegaskan ancaman itu bukan isapan jempol belaka.
Baca Juga:
Buat Perjanjian dan Kesepakatan Dengan Polres Kerinci, Warga Tamiai Buka Blokir Jalan Kerinci-Bangko
"Ini bukan main-main. Mereka yang mencoba mengancam kami dengan senjata nuklir harus tahu bahwa suhu bisa berbalik dan mengarah kepada mereka," ujar Putin beberapa waktu lalu.
Sebagian pihak meragukan Rusia bakal mengerahkan senjata nuklir karena bisa memicu konflik besar-besaran, bahkan perang dunia.
Namun, sebagian lainnya menganggap Rusia bisa saja benar-benar menggunakan senjata nuklir mengingat mereka merupakan negara dengan jumlah persediaan nuklir terbanyak di dunia, disusul Amerika Serikat.
Baca Juga:
Musnahkan 1Kg Narkoba Jenis Sabu, Polres Tanjabbar: Milik Bandar Lintas Provinsi
Meski demikian, jumlah pasti senjata nuklir yang dimiliki Rusia tak bisa dikonfirmasi secara langsung.
Untuk mendapatkan gambaran luas, persenjataan nuklir biasanya dibagi menjadi dua kategori, yaitu senjata strategis dan taktis.
Senjata taktis biasanya memiliki kemampuan dan fungsi yang terbatas.
Sementara itu, senjata strategis merupakan persenjataan yang dapat membawa hulu ledak nuklir melintasi lautan, seperti rudal. Jenis ini dianggap bisa mengancam rival-rival di kawasan.
Negara besar pun biasanya memantau ketat senjata strategis pihak musuh.
Guna menjaga kestabilan, AS dan Rusia lantas menyepakati perjanjian New START yang membatasi jumlah senjata nuklir strategis mereka.
Berlandaskan kesepakatan ini, AS dan Rusia wajib melaporkan jumlah senjata strategis masing-masing.
Dengan demikian, AS hanya memiliki catatan senjata nuklir strategis Rusia.
Berdasarkan data Federasi Ilmuwan Amerika yang dirujuk The Washington Post, Rusia memiliki senjata strategis terbanyak di dunia dengan total 5.889 unit hulu ledak.
Dari keseluruhan angka itu, 1.500 di antaranya sudah tak bisa dipakai, sementara 2.889 lainnya disimpan, dan hanya 1.588 yang dikerahkan. Hulu ledak nuklir itu bisa dipasang di berbagai rudal.
Dari total hulu ledak itu, 1.185 di antaranya bisa dipasang di rudal balistik antarbenua, 800 di rudal balistik berbasis kapal selam, dan 580 di rudal yang bisa diluncurkan dari pesawat pengebom.
Di luar itu, tak diketahui pasti jumlah senjata taktis Rusia.
Federasi Ilmuwan Amerika memperkirakan Negeri Beruang Merah menyimpan 1.912 senjata taktis.
Pusat Pengendalian Senjata dan Non-Proliferasi merangkum Rusia bisa mengerahkan senjata strategis mereka melalui tiga jalur, yaitu udara, laut, dan darat.
Dari udara, Rusia bisa menjatuhkan rudal berhulu ledak nuklir menggunakan pesawat tempur.
Pasukan jet tempur itu terbagi menjadi dua, yaitu yang menggunakan Tu-160 dan Tu-85 MS.
Tu-85 MS memakan porsi paling banyak. Pesawat itu dapat membawa hingga 16 rudal AS-15 sekaligus, atau sekitar 700 hulu ledak nuklir jika digabungkan.
Di laut, pasukan nuklir Rusia diperkuat dengan 11 kapal selam rudal balistik yang terbagi menjadi tiga kelas, termasuk Delta dan Boreii.
Delta dan Boreii merupakan kelas yang aktif saat ini. Kelas itu dapat membawa 16 rudal balistik, yang berarti bisa meluncurkan hingga 624 hulu ledak nuklir.
Di darat, Rusia memiliki sekitar 306 rudal balistik antarbenua yang dapat membawa hingga 1.185 hulu ledak nuklir.
Tak hanya rudal balistik, Rusia juga kini mengembangkan rudal hipersonik yang dapat membawa hulu ledak nuklir dengan lebih cepat.
[Elsya Tri Ahaddini]