WahanaNews.co | Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Australia akan mengalihkan operasinya ke Lviv, kota dekat perbatasan Ukraina dengan Polandia. Kota itu berjarak sekitar 540 kilometer dari Kyiv.
Morrison menyebut tiga staf yang tersisa di Kyiv telah membantu banyak warga Australia di Ukraina yang memiliki kewarganegaraan ganda. Ia juga menyebut kondisi di negara tersebut semakin berbahaya.
Baca Juga:
Ngeri! Infrastruktur Ukraina yang Rusak Akibat Perang Capai 2 Kuadriliun
Oleh sebab itu, Australia mengevakuasi staf kedutaannya yang masih berada Kyiv, Ukraina untuk mengungsi di tengah ancaman invasi Rusia ke negara Eropa timur itu.
"Situasinya, seperti yang Anda semua dengar, memburuk, dan mencapai tahap yang sangat berbahaya," kata Morrison, dikutip AFP, Minggu (13/2).
Morrison mengecam tindakan otokratis Rusia yang mengepung Ukraina dengan 100 ribu tentara. Ia juga mengkritis China karena tetap diam terhadap pasukan Rusia yang berkumpul di perbatasan Ukraina.
Baca Juga:
Penasihat Zelensky Mundur Gara-gara Urusan Rudal Rusia
"Koalisi otokrasi yang kita lihat, berusaha untuk menggertak negara lain, bukanlah sesuatu yang Australia pernah ambil posisi ringan," ucap Morrison.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne juga kembali mengingatkan agar warga Australia segera meninggalkan Ukraina karena kondisi yang semakin tidak aman dalam waktu yang singkat.
Sebelumnya, Amerika Serikat juga menarik hampir semua tentaranya yang tersisa dari Ukraina. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin "telah memerintahkan reposisi sementara 160 anggota Garda Nasional Florida" yang berada di negara itu," kata juru bicara Pentagon John Kirby.