WahanaNews.co, Jakarta - Berita meninggalnya Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian segera memicu kenaikan harga minyak dunia. Bagaimana tidak, Iran adalah salah satu 'raksasa' dalam industri perminyakan global.
Menurut Reuters, Iran adalah produsen minyak terbesar ketiga dalam Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Negara ini memproduksi 3 juta barel minyak per hari (BOPD), atau sekitar 3% dari total minyak dunia.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Dalam dua tahun terakhir, produksi minyak mentah Iran meningkat pesat. Pada Maret 2024, produksi mencapai 1,61 juta BOPD, angka tertinggi sejak Mei 2023 yang mencapai 1,68 juta BOPD, menurut Kpler.
Ekspor minyak mentah Iran juga meningkat, menembus US$ 35,8 miliar atau Rp 572 triliun (kurs Rp 15.983). Kepala Bea Cukai Iran, Mohammad Rezvanifar, menyatakan bahwa tanpa ekspor minyak mentah, Iran bisa menghadapi defisit perdagangan sebesar US$ 16,8 miliar atau Rp 268 triliun.
Pada Senin (20/5/2024), harga minyak mentah dunia langsung naik setelah berita tewasnya Presiden Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian dalam kecelakaan helikopter.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 10 sen atau 0,1% menjadi US$ 84,05 per barel pada pukul 04:54 waktu setempat. Sebelumnya, harga minyak mentah Brent sempat mencapai US$ 84,30 per barel, tertinggi sejak 10 Mei 2024.
Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk periode Juni 2024 turun tipis 5 sen menjadi US$ 80,01 per barel, setelah sebelumnya sempat mencapai US$ 80,23 per barel pada 1 Mei.
Untuk kontrak berjangka WTI periode Juli yang aktif, harganya naik 12 sen atau 0,1% menjadi US$ 83,75 per barel.