Iran menahan Jalali, seorang peneliti kedokteran bencana yang telah pindah ke Swedia, pada April 2016 ketika ia kembali ke ibu kota Iran untuk konferensi ilmiah atas undangan Universitas Teheran.
Pihak berwenang menuduhnya bekerja sama dengan pemerintah asing yang bermusuhan dan menjatuhkan hukuman mati pada Oktober 2017.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Dua bulan kemudian, TV pemerintah Iran menayangkan video Jalali yang tampaknya mengaku memberikan informasi kepada agen mata-mata Israel Mossad tentang militer Iran dan ilmuwan nuklir, dua di antaranya dibunuh pada tahun 2010. Iran menganggap Israel sebagai musuh bebuyutannya.
Namun dalam rekaman suara yang dibuat oleh Jalali di penjara dan kemudian diposting di YouTube, dia mengatakan interogatornya telah memaksanya untuk membuat pengakuan.
Swedia memberinya kewarganegaraan pada Februari 2018 untuk mencoba membujuk Iran untuk mengubah hukuman matinya dan membebaskannya.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Sejak Mehran Nia melaporkan pekan lalu bahwa Jalali diberi peringatan satu minggu untuk kemungkinan eksekusi, ada banyak media sosial yang meminta Iran untuk menyelamatkan nyawanya.
Seruan datang dari aktivis hak Iran dan internasional, akademisi yang bekerja dengan Jalali di universitas di Swedia, Belgia dan Italia, dan pejabat Eropa.
Dalam tweet 24 November, Menteri Luar Negeri Swedia, Ann Linde, mengatakan, dia telah berbicara dengan timpalannya dari Iran, Mohammad Javad Zarif, dan bekerja untuk memastikan hukuman mati Jalali tidak akan dilakukan.