WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketegangan kembali membara di Timur Tengah. Gencatan senjata antara Iran dan Israel yang baru seumur jagung kini terancam runtuh. Di satu sisi, Iran mengancam akan merespons dengan kekuatan penuh jika diserang lagi.
Di sisi lain, Israel justru tengah dihantam krisis anggaran pertahanan.
Baca Juga:
Israel Kacau Usai Dirudal Iran, Warga Menjarah Mal dan Apartemen Mewah
Sinyal perang baru disampaikan langsung oleh Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Abdolrahim Mousavi, pada Minggu (9/6/2025) lalu.
Dalam pernyataannya di TV pemerintah Iran, ia meragukan komitmen Israel terhadap gencatan senjata yang disepakati seminggu lalu.
“Kami tidak memulai perang, tetapi kami telah menanggapi agresor dengan seluruh kekuatan kami, dan karena kami memiliki keraguan serius atas kepatuhan musuh terhadap komitmennya termasuk gencatan senjata, kami siap untuk menanggapi dengan kekuatan,” ujar Mousavi.
Baca Juga:
Hancur Lebur, Kota di Israel Seperti Gaza Usai Dibombardir Iran
Pernyataan itu muncul setelah Amerika Serikat, di bawah Presiden Donald Trump, mengumumkan gencatan senjata usai membombardir tiga fasilitas nuklir Iran.
Sebagai balasan, Iran menyerang pangkalan militer AS di Qatar.
Sementara Iran bersiap menghadapi eskalasi, Israel justru mengalami kekacauan internal akibat krisis anggaran pertahanan.
Perseteruan antara Kementerian Pertahanan dan Kementerian Keuangan membuat pasokan logistik dan amunisi terganggu.
Menurut laporan media Israel, YNET, Kementerian Pertahanan meminta tambahan anggaran sebesar 60 miliar shekel untuk menutupi biaya perang melawan Iran dan Hamas di Gaza.
Namun permintaan itu ditolak, karena tidak tercantum dalam anggaran negara tahun 2025.
Akibat penolakan ini, pengadaan berbagai perlengkapan penting tertunda, termasuk rudal pencegat Arrow dan kendaraan lapis baja bagi pasukan infanteri di Gaza.
Kekurangan amunisi dan perlengkapan lapangan dikhawatirkan akan melemahkan kesiapan militer Israel jika konflik kembali meletus.
Kementerian Keuangan sendiri mengkhawatirkan lonjakan biaya akibat meningkatnya pemanggilan pasukan cadangan, yang dilaporkan menguras hingga 1,2 miliar shekel per bulan.
Laporan lain dari RNTV menyebut, Israel juga menghadapi masalah dalam mengganti kendaraan taktis Hummer yang telah usang dan banyak rusak akibat rudal anti-tank.
Meski telah memesan 632 jip baru, ketersediaan dana tetap menjadi hambatan besar.
Di saat Israel memperdebatkan anggaran, Iran justru memanaskan mesin-mesin perangnya. Jika konfrontasi kembali meletus, medan pertempuran akan jauh lebih kompleks dari perang 12 hari sebelumnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]