WahanaNews.co, Gaza - Pasukan Israel dilaporkan menembak mati sedikitnya 50 orang yang tengah bergegas menuju truk-truk distribusi bantuan kemanusiaan bagi warga Kota Gaza.
Peristiwa ini diungkapkan pejabat di sebuah rumah sakit di Gaza pada Kamis (29/2/2024).
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
"Jumlah martir meningkat lagi, setidaknya mencapai 50 orang, termasuk wanita dan anak-anak. Lebih dari 120 orang terluka, akibat penembakan yang dilakukan pada warga Gaza yang memburu truk bantuan pangan," ungkap Amjad Aliwa, direktur unit gawat darurat Rumah Sakit Al-Shifa dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (29/2/2024).
Angkatan Bersenjata Israel menyatakan bahwa mereka saat ini sedang "menyelidiki" laporan terkait kejadian tersebut.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa setidaknya 70 orang telah meninggal dan 280 lainnya mengalami luka-luka dalam peristiwa yang sama.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Seorang saksi, saat dihubungi oleh AFP, menyampaikan bahwa insiden itu terjadi di lingkaran Nabulsi di bagian barat Kota Gaza, di mana ribuan orang bergerak menuju truk-truk.
"Truk yang penuh dengan barang bantuan datang terlalu dekat dengan beberapa tank tentara yang berada di daerah tersebut dan ribuan orang menyerbu truk tersebut," kata seorang saksi mata yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
"Tentara menembaki massa saat orang-orang berada terlalu dekat dengan tank-tank," imbuhnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan pada hari Kamis (29/2), bahwa jumlah korban jiwa di wilayah Palestina itu selama perang antara Hamas dan Israel telah melampaui 30.000 orang.
"Jumlah korban tewas melebihi 30.000 orang," kata Kementerian Kesehatan Gaza dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari kantor berita AFP, Kamis (29/2/2024). Kementerian menambahkan bahwa jumlah korban tersebut mencakup sedikitnya 79 kematian yang dilaporkan dalam semalam.
Meskipun para mediator mengatakan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan segera terjadi dalam hitungan hari, lembaga-lembaga bantuan telah memperingatkan bahaya kelaparan yang akan terjadi di Gaza utara.
Anak-anak meninggal "karena kekurangan gizi, dehidrasi dan kelaparan yang meluas" di rumah sakit Al-Shifa, Kota Gaza, kata Kementerian Kesehatan Gaza, yang juru bicaranya Ashraf al-Qudra menyerukan "tindakan segera" dari organisasi internasional untuk mencegah lebih banyak kematian serupa.
Menyinggung kondisi yang memburuk di Gaza, kepala USAID Samantha Power mengatakan Israel perlu membuka lebih banyak perlintasan sehingga "bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan dapat meningkat secara signifikan".
"Ini adalah masalah hidup dan mati," kata Power dalam sebuah video yang diposting di platform media sosial X.
Perantara dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat telah berusaha menciptakan periode ketenangan di Gaza selama enam minggu.
Para perunding berharap agar gencatan senjata dapat dimulai pada awal bulan Ramadan, yang dijadwalkan dimulai pada 10 atau 11 Maret mendatang.
Usulan gencatan senjata tersebut melibatkan pembebasan beberapa sandera Israel yang tengah ditahan di Gaza, dengan imbalan pembebasan beberapa ratus tahanan Palestina yang saat ini ditahan oleh Israel.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]