WAHANANEWS.CO, Jakarta - Serangan udara Israel kembali menghujani Jalur Gaza sepanjang Rabu (29/10/2025), meninggalkan pemandangan memilukan dan duka mendalam bagi warga Palestina yang tak berdaya.
Dalam laporan terbaru Al-Jazeera, Kamis (30/10/2025), sedikitnya 109 orang dilaporkan tewas akibat gempuran tersebut, termasuk 52 anak-anak. Serangan berlangsung selama 12 jam tanpa jeda, menghantam area pemukiman padat penduduk, rumah sakit, dan tempat penampungan.
Baca Juga:
Tank dan Drone Tembaki Gaza, Israel Langgar Gencatan Senjata
Kantor Media Pemerintah Gaza menyebut aksi militer Israel itu sebagai “kampanye sistematis misinformasi, pemalsuan, dan kebohongan yang bertujuan menutupi kejahatan yang terus berlanjut terhadap warga sipil di Jalur Gaza.”
Dalam pernyataannya, pihak Gaza menegaskan bahwa Israel berusaha memanipulasi fakta dengan menerbitkan daftar berisi 26 nama, termasuk 21 foto, yang diklaim sebagai korban dari agresi terbaru dalam 24 jam terakhir.
“Setelah pemeriksaan yang cermat, ditemukan bahwa daftar tersebut berisi tiga nama yang salah, bukan nama Arab dan tidak tercatat dalam catatan resmi Palestina, di samping nama-nama fiktif yang tidak ada dalam kenyataan, beberapa di antaranya sengaja tidak disertai foto,” bunyi pernyataan resmi tersebut.
Baca Juga:
Palestina Tuding Israel Hancurkan 90 Persen Aset Pertanian Jalur Gaza
Pihak otoritas Gaza juga menuding Israel telah melakukan pelanggaran mencolok dan disengaja terhadap gencatan senjata yang sebelumnya disepakati. Serangan terbaru itu kembali menargetkan lingkungan pemukiman warga sipil, rumah sakit, serta lokasi penampungan pengungsi yang selama ini menjadi tempat berlindung ribuan orang.
Sementara itu, Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menyatakan keprihatinan mendalam atas serangan yang disebutnya “sangat mengecewakan.”
Ia menegaskan kepada Dewan Hubungan Luar Negeri di New York bahwa pembaruan situasi di Gaza membuatnya frustrasi, mengingat penderitaan warga yang tak kunjung berakhir.
Al Thani juga mengungkapkan bahwa pihak Hamas telah menyatakan kesediaan untuk menyerahkan pemerintahan di Gaza, sementara Qatar kini tengah mendorong kelompok tersebut untuk melucuti senjatanya demi membuka jalan menuju solusi politik yang lebih damai.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]