WahanaNews.co | Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan jumlah mereka yang meninggal akibat penyakit dapat lebih banyak dibandingkan akibat bom, kecuali layanan kesehatan di wilayah kantong yang terdampak konflik Hamas Israel itu dipulihkan.
"Pada akhirnya kita akan melihat lebih banyak orang meninggal karena penyakit dibandingkan akibat pemboman, jika kita tidak dapat memulihkan sistem kesehatan ini," tegas Margaret Harris dari WHO, melansir The National News 28 November.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Dia menggambarkan, runtuhnya Rumah Sakit Al Shifa di Gaza utara sebagai sebuah "tragedi" dan menyuarakan keprihatinan tentang penahanan beberapa staf medisnya oleh pasukan Israel.
Rumah sakit tersebut dikepung dan kemudian diserbu oleh militer Israel, yang mengklaim bahwa militan Hamas menggunakannya sebagai markas. Hal ini dibantah oleh pejabat rumah sakit.
Para pejabat mengatakan ratusan orang tewas di rumah sakit tersebut. Sedangkan sebagian besar staf, pasien, dan pengungsi di rumah sakit diminta untuk pergi.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Terpisah, otoritas Gaza mengatakan jumlah korban tewas warga Palestina akibat konflik Hamas-Israel telah lebih dari 15.000 jiwa, seperti dikutip dari Anadolu.
Dalam sebuah pernyataan, Kantor Media Pemerintah yang berbasis di Gaza mengatakan jumlah korban tewas termasuk 6.150 anak-anak dan 4.000 wanita.
Ditambahkannya, ada sekitar 7.000 orang hilang di bawah reruntuhan, termasuk 4.700 anak-anak dan perempuan.
Sementara itu, lebih dari 36.000 warga Palestina lainnya juga terluka, 75 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan, tambah kantor tersebut.
Israel diketahui melancarkan bombardir, blokade dan belakangan serangan darat terhadap Gaza, usai kelompok militan Hamas menyerang wilayah selatan negara itu pada 7 Oktober lalu, menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 240 orang disandera.
[Redaktur: Zahara Sitio]