Sebelum menjabat sebagai Uskup Agung Manila, ia lebih dahulu memimpin Keuskupan Imus. Kariernya mencapai puncak saat diangkat sebagai kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2012, menjadikannya salah satu kardinal termuda kala itu.
Dengan latar belakang etnis Tionghoa-Filipina dan penguasaan bahasa Inggris serta Italia -- dua bahasa penting dalam komunikasi Vatikan -- Tagle memiliki keunggulan diplomatik dan simbolik yang tidak bisa diabaikan.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Kritis Akibat Infeksi Paru, Akan Terus Bertahan atau Mundur?
Lebih jauh, ia kerap dilihat sebagai simbol harapan untuk memperluas jangkauan Gereja Katolik ke kawasan Asia, termasuk China yang selama ini sulit dijangkau oleh misi Katolik global.
Kandidat Progresif di Tengah Dinamika Konklaf
Dari sisi pandangan ideologis, Kardinal Tagle dikenal sebagai sosok progresif yang berpandangan terbuka dalam isu-isu sosial.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Sentuh Hati Warga Jakarta dengan Berkat dan Rosario Suci
Ia bersimpati terhadap kelompok minoritas termasuk komunitas LGBTQ+, meski tetap menentang aborsi sebagai bagian dari ajaran Gereja.
Pandangan ini mencerminkan kesinambungan terhadap kebijakan reformasi sosial yang dijalankan oleh Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya.
Pemilihan paus baru akan dilakukan melalui konklaf tertutup, yang melibatkan 135 kardinal aktif dari total 252 kardinal yang ada saat ini.