WahanaNews.co | Negara-negara
pengguna vaksin buatan China mengalami kenaikan kasus Covid-19. Fakta ini
dilaporkan JPMorgan Chase & Co di Amerika Serikat.
Baca Juga:
Basuki: Penundaan Kenaikan Tarif Tol Akibat Pandemi, Tak Selalu Salah Pemerintah
Pada 11 Juni, JPMorgan Chase Group merilis laporan
"Pembaruan Vaksinasi" di situs resminya. Isi laporan itu menghitung perubahan
jumlah diagnosis baru setiap 7 hari setelah 18 negara memberikan vaksin buatan
Eropa, Amerika, dan China.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa setelah Seychelles,
Uruguay, Maladewa, Bahrain, Argentina, Chili, Uni Emirat Arab, Hongaria, dan
Namibia divaksinasi dengan vaksin buatan China, jumlah kasus yang dikonfirmasi
setiap 7 hari di Hongaria menurun, sedangkan jumlah kasus yang dikonfirmasi di
negara lainnya meninggi, bukannya menurun.
Di antara negara-negara dengan peningkatan jumlah kasus yang
dikonfirmasi adalah Bahrain, Maladewa, dan Seychelles adalah yang paling parah
terkena dampaknya.
Baca Juga:
Sri Mulyani Sampaikan Perkembangan Perekonomian Indonesia 10 Tahun Terakhir
Dalam grafik statistik yang diterbitkan dalam laporan
tersebut, jumlah diagnosis yang dikonfirmasi sekali naik "keluar dari grafik."
Dokter Jin-Chung Shih mengatakan di Facebook pribadinya
bahwa grafik JPMorgan Chase, "beberapa orang yang ingin divaksin dengan vaksin
buatan China , Eropa, dan Amerika Serikat dapat" merujuknya tabel terlebih
dahulu.
Sebelum ini, ada banyak laporan media tentang situasi bahwa
Chili, Bahrain, Seychelles, dan negara-negara lain, telah divaksinasi dengan
vaksin buatan China namun usai di Vaksin bukannya menurun, epidemi tidak
berkurang malahan meningkat.