WAHANANEWS.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah menandatangani perintah eksekutif untuk memulai proses penarikan AS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Ini keputusan besar," ujar Presiden Trump yang baru dilantik, sesaat setelah menandatangani dokumen tersebut di Gedung Putih. Keputusan ini menjadi salah satu dari puluhan kebijakan eksekutif yang ia teken pada hari pertama menjabat.
Baca Juga:
Donald Trump Langsung Tancap Gas, Ini Dia Perintah Eksekutif Pertama di Hari Pelantikannya
Dalam perintah eksekutif tersebut, dinyatakan bahwa penarikan dilakukan karena "penanganan yang buruk terhadap pandemi Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China, serta krisis kesehatan global lainnya, kegagalan WHO dalam menerapkan reformasi yang sangat dibutuhkan, dan ketidakmampuannya menunjukkan independensi dari pengaruh politik yang tidak semestinya dari negara-negara anggota WHO."
Perintah tersebut juga menyebutkan bahwa penarikan AS didasari oleh "kontribusi yang tidak adil dan terlalu besar" yang telah diberikan AS kepada WHO, yang merupakan bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Saat menjabat pada periode pertamanya, Trump sering mengkritik WHO karena dianggap terlalu "berpusat pada China" dalam menangani pandemi Covid-19.
Baca Juga:
Donald Trump Disebut Mau Relokasi Warga Gaza ke Indonesia, Kemlu RI Angkat Bicara
Trump menuding WHO bias terhadap China dalam memberikan panduan selama wabah berlangsung.
Di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden, AS tetap menjadi penyumbang terbesar untuk WHO, dengan kontribusi hampir seperlima dari anggaran badan tersebut pada tahun 2023. WHO memiliki anggaran tahunan sebesar $6,8 miliar (sekitar Rp103 triliun).
Penarikan AS ini berpotensi membuat pendanaan tersebut hilang secara instan, dan belum jelas apakah negara-negara lain akan mengambil langkah untuk menutupi kekurangan tersebut.
Keputusan ini dapat berdampak besar pada kemampuan WHO untuk menangani situasi darurat seperti wabah Ebola, MPOX, atau bahkan pandemi serupa Covid-19 di masa depan.
Para ahli kesehatan masyarakat juga memperingatkan bahwa langkah ini dapat membalikkan kemajuan dalam melawan penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis, HIV, dan AIDS, yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat Amerika sendiri.
Ashish Jha, mantan koordinator penanganan Covid-19 di bawah Presiden Biden, sebelumnya memperingatkan bahwa keputusan ini akan "merugikan tidak hanya kesehatan masyarakat dunia, tetapi juga kepemimpinan dan keunggulan ilmiah AS."
"Ini adalah keputusan presiden yang sangat buruk. Penarikan ini menjadi luka serius bagi kesehatan dunia, tetapi juga luka yang lebih dalam bagi AS," kata Lawrence Gostin, pakar kesehatan global sekaligus profesor di Universitas Georgetown.
Ada pula kekhawatiran bahwa penarikan AS justru dapat membuka jalan bagi pengaruh China yang lebih besar dalam badan kesehatan global tersebut, bukan sebaliknya.
Manfaat dari langkah ini dinilai sangat sedikit. Namun, beberapa pihak berpendapat bahwa hal ini dapat mendorong reformasi lebih lanjut dalam cara kerja WHO sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat dunia.
Jika itu terjadi, ada kemungkinan AS akan kembali bergabung di masa depan.
Namun, nada pernyataan dari Washington menunjukkan bahwa upaya kedua Presiden Trump untuk menarik AS dari badan kesehatan internasional ini tidak akan mudah diubah.
Ini menandai kali kedua Trump memerintahkan penarikan AS dari WHO.
Pada masa pandemi Covid-19, ia pernah memulai langkah serupa, yang kemudian dibatalkan oleh Presiden Joe Biden.
Melaksanakan tindakan eksekutif ini pada hari pertama masa jabatan memperbesar kemungkinan bahwa AS secara resmi akan meninggalkan badan kesehatan global tersebut.
"Mereka ingin kita kembali begitu keras. Kita lihat saja apa yang terjadi," ujar Trump di Ruang Oval, merujuk pada WHO, seolah memberi isyarat bahwa AS mungkin saja kembali bergabung suatu saat nanti.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]