“Perpindahan populasi akibat iklim adalah ciri utama masa depan kita. Kita harus siap menghadapinya dan merencanakannya sekarang,” kata Regenvanu.
“Ini akan menjadi tantangan besar dan tragedi besar bagi banyak orang yang harus meninggalkan tanah leluhur mereka untuk pindah ke tempat lain, tapi itulah kenyataannya,” ujar Regenvanu.
Negara kepulauan Pasifik dataran rendah, seperti Vanuatu, sudah mengalami dampak perubahan iklim.
Baca Juga:
16 Desa di Aceh Barat Terendam Banjir, Air Capai 50 Sentimeter
Setengah dari populasi Vanuatu terkena dampak ketika Topan Pam menghantam Ibu Kota Vanuatu, Port Vila, pada 2015.
Bencana tersebut menewaskan belasan orang, merusak pertanian, dan menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Vanuatu termasuk salah satu negara yang paling rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, kerusakan akibat badai, banjir dan tsunami, menurut tahunan dari World Risk Report.
Baca Juga:
BPBA Lapor Dua Desa di Aceh Jaya Terendam Banjir Setinggi 1,2 Meter
Negara-negara Pasifik lainnya juga ingin memindahkan para warga yang terancam, termasuk Fiji di mana belasan desa direncanakan untuk dipindah karena dampak krisis iklim.
Para ilmuwan memperkirakan permukaan laut di Pasifik akan naik antara 25 hingga 58 Sentimeter (Cm) pada 2050.
Perkiraan tersebut merupakan prediksi yang menghancurkan bagi Vanuatu, di mana sekitar 60 persen populasinya tinggal dalam jarak 1 Kilometer (Km) dari pantai. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.