Korea Utara diyakini mendapatkan imbalan dalam bentuk suplai pangan, energi, serta teknologi militer, termasuk transfer komponen rudal dan peralatan canggih yang sebelumnya tak dimiliki Pyongyang.
Menurut sumber intelijen, sejak awal invasi Rusia ke Ukraina, Korea Utara sudah beberapa kali mengirim bantuan militer ke Moskow.
Baca Juga:
Diduga Hasil Barter dengan Moskow, Kim Jong Un Pamer Rudal Baru
Bantuan itu mencakup senapan serbu, peluncur granat, hingga komponen rudal balistik jarak pendek. Korea Utara juga disebut turut membangun infrastruktur militer seperti parit, pos penjagaan, dan fasilitas logistik di wilayah Ukraina timur yang diduduki Rusia.
Profesor Sung-Yoon Lee, pakar hubungan internasional dari Woodrow Wilson Center, menyebut pengiriman tentara ke medan perang Ukraina menjadi langkah taktis bagi Kim Jong-un.
“Ini bukan hanya tentang menunjukkan loyalitas pada Putin, tetapi juga ajang uji coba bagi militer Korut. Mereka menginginkan pengalaman tempur nyata untuk meningkatkan kesiapan tempur mereka di masa depan,” ujarnya.
Baca Juga:
Kim Jong Un Bangkitkan Neraka Laut! Armada Perang Korut Siap Hantam dengan Nuklir
Namun, aksi militer Korea Utara ini menuai kecaman luas dari dunia internasional. Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang secara tegas menyatakan bahwa bantuan militer dan pengiriman pasukan dari Korea Utara merupakan pelanggaran terhadap berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB.
Meski begitu, rezim Kim tampaknya tidak goyah, apalagi setelah menerima dukungan diplomatik dari Rusia dan China.
Pengamat memperkirakan terbentuknya aliansi geopolitik baru antara Moskow–Pyongyang–Beijing, yang disebut sebagai upaya menyeimbangkan pengaruh blok Barat.