Namun ia gagal membentuk pemerintahannya sendiri, sebab ia mengecualikan saingan Syiah yang juga berkuasa dan dekat dengan Iran.
Ia pun memerintahkan seluruh anggota legislatifnya untuk mengundurkan diri secara massal pada Juni tahun ini.
Baca Juga:
Pasca Jatuhnya Rezim Assad, Irak Tutup Perbatasan Dengan Suriah
Tindakan al-Sadr pun mengakibatkan oposisinya yang sesama Syiah dan didukung Iran, Aliansi Kerangka Koordinasi, berinisiatif untuk mengisi kekosongan di parlemen.
Langkah Aliansi Kerangka Koordinasi menuai amarah dari para pendukung al-Sadr.
Akibatnya, pada akhir Juli mereka menyerbu gedung parlemen, menggelar aksi protes dengan duduk massal, dan berupaya mencegah pihak oposisi menunjuk presiden dan perdana menteri baru.
Baca Juga:
Irak Layangkan Nota Protes ke PBB Atas Pelanggaran Udara oleh Pesawat Israel
Perdana menteri sementara Irak sekaligus sekutu al-Sadr, Mustafa al-Kadhimi, pada Senin (29/8/2022), mengatakan, ia telah menangguhkan rapat kabinet hingga pemberitahuan selanjutnya usai bentrok yang terjadi di hari itu.
Pengunduran Diri al-Sadr Masih Bisa Berubah