WahanaNews.co | Korea
Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) memulai latihan militer awal pada
Selasa (10/8), walaupun meski Korea Utara (Korut) telah menunjukkan reaksi menentang
keras.
ass="MsoNormal">Korut memperingatkan latihan militer tersebut akan
mengurangi tanda-tanda pencairan hubungan antar-Korea yang masih membeku.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Latihan militer yang disebut Pelatihan Staf Manajemen Krisis
dirancang untuk memeriksa kesiapan sekutu untuk menanggapi kemungkinan
kontinjensi.
"Latihan akan
diadakan hingga Jumat sebelum beralih ke latihan skala penuh yang dijadwalkan
pada 16-26 Agustus," ungkap laporan kantor berita Yonhap, mengutip sumber
militer dan pemerintah yang tidak disebutkan namanya.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan waktu,
skala, dan formasi latihan itu belum selesai. Pasukan AS dan Korea Selatan
menolak berkomentar berdalih kebijakannya.
Baca Juga:
Pengusaha WN Korsel Ditangkap KLHK Sulbar Soal Tambang Pasir: CV Wahab Tola Sah Punya IUP dan SHM
Korea Selatan dan Amerika Serikat secara teratur menggelar
latihan militer, terutama di musim semi dan musim panas, tetapi Korea Utara
selama beberapa dekade bereaksi dengan marah.
Korut selalu menyebut latihan Korsel dan AS itu untuk
perang.
Yonhap melaporkan latihan itu sebagian besar akan terdiri
atas simulasi terkomputerisasi tanpa pelatihan lapangan langsung, yang
melibatkan pasukan yang berbasis di AS, mengingat pandemi virus corona.
Kim Yo-jong, adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un
dan seorang pejabat senior Partai Buruh yang berkuasa, memperingatkan Korea
Selatan pekan lalu bahwa mengadakan latihan akan melemahkan upaya membangun
kembali hubungan.
Kedua Korea baru-baru ini memulihkan hotline yang diputus
Pyongyang setahun yang lalu, ketika Kim dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in
berusaha memperbaiki hubungan yang tegang dan melanjutkan pertemuan tingkat
tinggi (KTT).
Peringatan Korea Utara telah mendorong beberapa pejabat
Seoul dan anggota partai berkuasa Moon untuk menyerukan penundaan latihan guna
mempercepat rekonsiliasi antar-Korea.
Tetapi ketua partai yang berkuasa di Korsel Song Young-gil
mengatakan latihan itu tidak dapat ditunda, karena latihan itu secara teratur
dilakukan untuk tujuan pertahanan dan persiapannya "hampir selesai."
Latihan telah diperkecil dalam beberapa tahun terakhir untuk
memfasilitasi pembicaraan yang bertujuan menghentikan program nuklir dan rudal
Pyongyang dengan imbalan keringanan sanksi AS.
Tetapi negosiasi gagal setelah pertemuan puncak kedua yang
gagal pada 2019 antara Kim dan Presiden AS saat itu Donald Trump. [dhn]