WahanaNews.co | Korea Utara menembakkan 80 artileri ke zona penyangga militer antar-Korea pada Kamis (3/11) malam waktu setempat.
Hujanan artileri ini dilakukan Pyongyang gara-gara murka mengetahui Amerika Serikat dan Korea Selatan kekeh melanjutkan latihan militer besar-besaran bersama.
Baca Juga:
RI-AS Kecam Kekerasan Terhadap Warga Sipil yang Berlanjut di Myanmar
Militer Seoul melaporkan Pyongyang menembakkan sekitar 80 peluru artileri ke zona penyangga maritim sekitar pukul 23.28 waktu setempat. Kepala Staf Gabungan Militer Seoul mengatakan rentetan artileri itu tak bisa diterima.
"[Itu] jelas pelanggaran [terhadap perjanjian 2018]," kata dia pada Jumat, seperti dikutip AFP.
Perjanjian 2018 merupakan kesepakatan yang berisi penetapan zona penyangga sebagai upaya mengurangi ketegangan antar kedua Korea.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Tembakan artileri di malam hari itu terjadi usai Amerika Serikat dan Washington sepakat memperpanjang latihan militer gabungan di semenanjung Korea.
Di siang harinya, Korut menembakkan sejumlah rudal. Salah satu jenis peluru kendali yang diluncurkan adalah rudal balistik antar benua (ICBM) yang terbang hingga 760 kilometer dan mencapai puncak ketinggian sekitar 1.920 Km.
Namun, di tahap kedua peluncuran rudal itu dianggap gagal.
Selama Rabu dan Kamis, Pyongyang telah menembakkan sekitar 30 rudal berbagai jenis ke Laut Timur atau Laut Jepang. Beberapa rudal itu jatuh dekat pesisir pantai Korsel hingga memicu Seoul dan Jepang mengeluarkan peringatan serangan udara dan perintah evakuasi.
Para ahli dan pejabat mengatakan Pyongyang meningkatkan uji coba rudal sebagai protes atas latihan militer bersama AS-Korsel.
Korut kerap menilai latihan bersama itu sebagai upaya untuk menginvasi negaranya.
"Latihan militer yang agresif dan provokatif yang menargetkan [Korea Utara]," demikian menurut Pyongyang.
Korut juga mengancam bahwa Washington dan Seoul akan membayar harga paling mengerikan dalam sejarah jika latihan terus berlanjut.
Sementara itu, Amerika Serikat sebagai sekut dekat Korsel dan Jepang tengah mempertimbangkan menjatuhkan sanksi baru terhadap agresivitas Korut.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga akan menggelar sidang merespons provokasi Korut tersebut.[zbr]