Kecaman internasional segera mengalir. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Minggu menyatakan bahwa percobaan kudeta itu akan "makin mengancam stabilitas kawasan."
Dari Nigeria, Presiden Bola Tinubu memuji respon cepat militernya, yang terlibat langsung atas permintaan pemerintah Benin, dengan menyebut bahwa pasukan Nigeria berdiri "sebagai pembela dan pelindung tatanan konstitusional di Republik Benin."
Baca Juga:
Soal Isu Khianati Gus Dur, Cak Imin Buka Suara
Sementara itu, blok kawasan Afrika Barat, ECOWAS, mengumumkan pengerahan pasukan siaga untuk membantu mempertahankan demokrasi di Benin. Kontingen itu terdiri atas personel dari Nigeria, Ghana, Pantai Gading, serta Sierra Leone, meski jumlah total pasukan belum dipublikasikan.
Pada Senin, situasi di pusat administrasi Cotonou mulai kembali tenang setelah insiden tembakan sesekali terdengar sepanjang Minggu. Meski demikian, pengamanan masih diperketat dengan kehadiran besar-besaran pasukan di jalan-jalan utama.
Benin, yang kerap mengalami rangkaian kudeta setelah merdeka dari Prancis pada 1960, sebenarnya telah menikmati stabilitas demokratis selama dua dekade terakhir. Namun insiden terbaru ini menambah daftar upaya perebutan kekuasaan di Afrika Barat, yang meningkat sejak 2020.
Baca Juga:
Kudeta Guncang Gabon, Kekuasaan 56 Tahun Ali Bongo Berakhir
Gelombang kudeta sebelumnya menyapu Mali, Burkina Faso, Niger, Chad, Guinea, Gabon, dan yang paling baru Guinea-Bissau, di mana militer mengambil alih kekuasaan bulan lalu setelah sengketa hasil pemilu.
[Redaktur: Alpredo Gultom]