Menurut laporan Anadolu Agency, hubungan antara Lafarge dan badan intelijen Prancis dimulai pada 22 Januari 2014, ketika direktur keamanan perusahaan Jean-Claude Veillard mengirim email ke direktorat intelijen kementerian dalam negeri.
Dalam e-mailnya, Veillard mengatakan perusahaan perlu menjaga hubungan dengan "aktor lokal" untuk dapat melanjutkan operasinya di Suriah.
Baca Juga:
Otoritas Iran Tangkap 11 Tersangka Terkait Ledakan Bom yang Menewaskan 84 Orang
“Lafarge tampaknya membuat kehadiran mereka di Suriah terbuka dengan pengetahuan dan keterlibatan negara Prancis untuk tujuan spionase dan pengumpulan intelijen,” kata Tallha Abdulrazaq.
Berkas itu juga mengungkapkan bahwa intelijen Prancis, tidak memperingatkan perusahaan bahwa mereka melakukan kejahatan, demikian dikutip dari Anadolu Agency.
Terpisah, pekan ini, Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengumumkan bahwa negaranya telah membunuh salah satu pemimpin ISIS di wilayah Sahara, yakni Abu al-Wahid al-Sahrawi.
Baca Juga:
ISIS Klaim Bertanggung Jawab atas Ledakan Bom Mematikan di Iran
Kematian pemimpin ISIS ini, diklaim Marcon sebagai kesuksesan bsar bagi Prancis.
"Ini menjadi kesuksesan besar lainnya dalam pertempuran kita melawan kelompok-kelompok teroris di Sahel," sebut Macron dalam pernyataan di Twitternya.
Meski begitu, Marcon belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai kabar ini.