WahanaNews.co | 15 Penggugat dari Austria dan Jerman menyeret pemerintah Austria ke pengadilan, lantaran dinilai tidak cepat tanggap dalam menghadapi penyebaran Covid-19 di resor wisata Ischgl, Maret 2020.
Ketika itu, sekitar 11.000 orang dari 45 negara terinfeksi Covid-19 dari tempat ini, dan tersebar luas ketika para turis kembali ke negaranya.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Kasus pertama yang diproses di pengadilan Wina adalah gugatan dari Sieglinde Schopf dan putranya Ulrich Schopf. Suami Sieglinde, Hannes Schopf meninggal pada usia 72 tahun setelah tertular Covid-19 di Ischgl.
Pengacara mereka, Alexander Klauser, adalah pengacara dari organisasi kosumen VSV, yang membantu para penggugat mengajukan kasusnya ke pengadilan. Dia mengatakan, pemerintah Austria pada Maret 2020 gagal mengantisipasi situasi, sehingga resor wisata Ischgl dan daerah di sekitarnya kemudian menjadi "hotspot" virus corona dan menyebabkan penularan pada ribuan orang.
Selain 15 tuntutan hukum, 30 orang lainnya telah mengajukan klaim kompensasi kepada pemerintah Austria, kata Klauser. "Yang diinginkan semua orang yang terkena dampak di atas segalanya adalah agar Republik Austria mau bertanggung tanggung jawab - kami tidak melihat tanda-tanda ini sampai sekarang," katanya.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
Terlambat dan salah perhitungan
Pemerintah Austria pada 5 Maret 2020 menerima peringatan dari otoritas kesehatan Islandia, bahwa beberapa warganya yang pulang dari Ischgl dites positif Covid-19. Namun ketika itu otoritas Austria "bereaksi terlambat" dan membuat "salah perhitungan yang serius", demikian disebutkan dalam gugatan.
Dari 6.000 orang yang mengaku tertular virus Corona di Ischgl dan sekitarnya, lima persen menderita gejala Covid yang berkepanjangan, termasuk sakit kepala, gangguan tidur, dan sesak napas, kata organisasi konsumen VSV. Total, 32 orang meninggal akibat infeksi Covid yang ditularkan di Ischgl.
Para pejabat lokal "memiliki setidaknya 48 jam untuk bereaksi" setelah ada peringatan dari Islandia, kata Alexander Klauser. Pemerintahan setempat juga melewatkan kesempatan untuk mencegah lebih banyak lagi turis yang datang ke lembah itu pada akhir pekan, bahkan mereka meragukan bahwa turis Islandia itu telah terinfeksi di Ischgl, katanya.
Alexander Klauser juga menuduh pihak berwenang setempat melakukan "terlalu sedikit, terlalu terlambat" ketika seorang pekerja restoran di Ichgl dinyatakan positif Covid-19 tanggal 7 Maret. Akhirnya seluruh kawasan Ischgl dinyatakan sebagai kawasan karantina oleh pemerintahan Perdana Menteri Sebastian Kurz. Namun pengumuman karantina yang mendadak dan tanpa persiapan telah membuat para turis panik. Situasi jadi kacau balau, sehingga rencana evakuasi akhirnya gagal.
Tuntut ganti rugi 100 ribu euro
Sieglinde Schopf mengatakan, suaminya yang pensiunan jurnalis dan pemain ski itu tertular virus pada saat evakuasi yang kacau dengan bus penuh sesak dan turis lain yang bersin dan batuk. Keluarga Schopf sekarang menuntut ganti rugi dari Republik Austria sebesar 100.000 euro atas kematian suami dan ayah mereka.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita AFP awal tahun ini, Sieglinde Schopf mengatakan, "dunianya hancur berkeping-keping seluruhnya" setelah suaminya meninggal. "Saya tidak bisa memaafkan diri saya sendiri, karena pada akhirnya, saya mengirimnya ke kematiannya," kata Sieglinde, karena dialah yang mendesak suaminya berlibur untuk istirahat dari pekerjaannya.
Penyebaran Covid-19 di kalangan turis asing di Ischgl dianggap sebagai awal mula penyebaran Covid-19 secara luas di Eropa. Sektor wisata ski Austria terpukul hebat pada musim liburan 2020/2021, dengan beberapa stasiun melaporkan penurunan jumlah pengunjung hingga 90 persen. [dhn]