WahanaNews.co | Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menggambarkan kematian pemimpin ISIS, Abu Ibrahim al-Hashemi al-Quraishi, sebagai 'tindakan pengecut yang putus asa' setelah meledakan bom bunuh diri saat disergap pasukan AS.
"Saat pasukan kita mendekat untuk menangkap teroris, dalam tindakan pengecut yang putus asa, tanpa memperhatikan kehidupan keluarganya sendiri atau orang lain di dalam gedung, dia memilih untuk meledakkan diri... daripada menghadapi pengadilan atas kejahatan yang dilakukannya," sebut Biden.
Baca Juga:
2 Terduga Teroris Jaringan ISIS Ditangkap Densus 88 di Jakarta Barat
Quraishi meledakkan dirinya sendiri beserta 13 anggota keluarganya setelah dikepung oleh pasukan militer Amerika Serikat.
Kabar tewasnya Quraishi dilaporkan oleh Pentagon Amerika Serikat.
Pentagon melaporkan tidak ada korban jiwa dari pihak Amerika Serikat sedangkan Quraishi beserta keluarganya tewas meledakkan diri.
Baca Juga:
Dalang Penembakan Massal di Moskow Diduga ISIS Cabang Afghanistan
"Berkat keberanian pasukan kami, pemimpin teroris yang mengerikan ini tidak ada lagi," kata Presiden Amerika Serikat Joe Biden, dilansir dari CNN, Kamis (3/2/2022).
"Mengetahui bahwa teroris telah memilih untuk mengelilingi dirinya dengan keluarga, termasuk anak-anak, kami membuat pilihan untuk mengejar serangan Pasukan Khusus dengan risiko yang jauh lebih besar bagi rakyat kami sendiri daripada menargetkannya dengan serangan udara," lanjutnya.
Biden dan sejumlah pejabat AS mengatakan Quraishi meledakkan diri saat pasukan khusus AS mendekati persembunyian di Suriah bagian barat laut pada Kamis (3/2) dini hari waktu setempat.
Quraishi disebut memicu sebuah ledakan yang menewaskan dirinya dan anggota keluarganya sendiri, termasuk anak-anak.
Disebutkan para pejabat AS bahwa ledakan itu sangat kuat hingga melemparkan jasad para korban keluar dari gedung tiga lantai yang menjadi tempat persembunyian Quraishi.
Jasad korban juga bergelimpangan hingga ke jalanan kota Atmeh, Provinsi Idlib.
Tak hanya itu, Quraishi juga disebut menggunakan gedung tiga lantai itu dan sebuah keluarga yang tinggal di lantai dasar sebagai 'tameng pelindung', yang mempersulit perencanaan penggerebekan ini.
"Sangat jelas dari peninjauan operasi secara real-time bahwa ledakan besar di lantai tiga merupakan penyebab jatuhnya korban jiwa," sebut pejabat AS itu.
Dengan meledakkan diri, sebut Biden, Quraishi telah 'membawa beberapa anggota keluarganya bersama dia, sama seperti yang dilakukan pendahulunya'.
"Operasi tadi malam melenyapkan seorang pemimpin teroris besar dari medan pertempuran," ucap Biden dalam pernyataannya di Gedung Putih, seperti dilansir AFP.
Biden merujuk pada Baghdadi yang juga meledakkan diri saat diserbu pasukan AS di Suriah tiga tahun lalu.
Lebih lanjut, Biden menyebut operasi di Suriah mengirimkan pesan kuat bagi teroris di seluruh dunia.
"Kami akan memburu Anda dan menemukan Anda," tegasnya.
"Saya telah berusaha melindungi rakyat Amerika dari ancaman teroris, dan saya akan mengambil tindakan tegas untuk melindungi negara ini," ucap Biden, sembari bersumpah bahwa pasukan AS akan tetap 'waspada' dan bersiap.
Penyergapan Pimpinan ISIS Disaksikan Presiden AS
Ternyata penyerbuan pimpinan ISIS, Quraishi disaksikan langsung oleh Biden secara real time.
Operasi yang menewaskan pemimpin ISIS ini menjadi yang terbesar selama era kepemimpinan Biden.
Seperti dilansir CNN, Jumat (4/2/2022), foto yang dirilis Gedung Putih menunjukkan Biden yang melepas jasnya dan memakai masker warna hitam duduk di ujung meja di Situation Room, sambil menatap tajam ke depan menyaksikan penyerbuan itu berlangsung.
Wakil Presiden AS, Kamala Harris, tampak duduk di sebelah kanan Biden.
Sejumlah anggota tim militer dan keamanan nasional kepresidenan AS tampak duduk mendampingi Biden dan Harris di dalam Situation Room.
Sejumlah pejabat senior pemerintahan AS menceritakan detail situasi di dalam Situation Room pada Rabu (2/2) waktu AS saat pemantauan secara real-time operasi yang dilancarkan pada Kamis (3/2) dini hari waktu Suriah.
Salah satu pejabat AS, yang enggan disebut namanya, menyebut ada 'ketegangan luar biasa' di dalam Situation Room pada saat itu.
Pejabat senior AS itu mengungkapkan bahwa operasi ini direncanakan selama berbulan-bulan, sejak intelijen AS meyakini Quraishi dan keluarganya tinggal di lantai tiga gedung di Idlib, Suriah itu.
Biden memberikan persetujuan akhir di Ruang Oval Gedung Putih pada Selasa (1/2) waktu AS, ketika dia mendapat penjelasan dari Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin dan Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley.
Disebutkan juga bahwa Biden menyaksikan dengan cemas ketika salah satu helikopter AS mengalami masalah mesin saat penyerbuan berlangsung.
Ada juga kelegaan yang diungkapkan di Situation Room ketika anak-anak tampak dievakuasi dengan selamat dari lantai satu gedung yang menjadi target penyerbuan.
Beberapa saat kemudian, sebuah ledakan mengguncang lokasi penyerbuan. Biden menerima laporan adanya 'ledakan signifikan' yang menewaskan Quraishi dan keluarganya.
Ledakan itu disebut sebagai ledakan bom bunuh diri yang sangat kuat hingga melemparkan jasad Quraishi dan keluarganya hingga keluar gedung. [rin]