Perpanjangan jangka pendek gencatan senjata memunculkan kekhawatiran bahwa kekuatan Hamas dapat tumbuh, memungkinkan mereka untuk merespons serangan darat dan udara Israel yang merusak di Gaza utara.
Selain itu, wilayah Gaza selatan, tempat banyak dari 2 juta penduduk sipil berada setelah mengabaikan peringatan Israel untuk meninggalkan Gaza utara, juga menjadi potensi target.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Apakah Hamas benar-benar mendapat manfaat dari gencatan senjata sementara ini akan dijawab segera setelah Israel melanjutkan operasi ofensifnya pada Jumat, dengan melancarkan serangan udara di Jalur Gaza setelah menyatakan bahwa Hamas melanggar ketentuan gencatan senjata.
Pernyataan John Kirby, juru bicara keamanan nasional AS, pada awal pekan ini mengakui adanya "risiko nyata" bahwa Hamas dapat memanfaatkan perpanjangan gencatan senjata untuk memfasilitasi pemindahan sandera dan tahanan.
“Kami mengawasi hal itu dengan cermat dan rekan-rekan kami di Israel, Anda bisa yakin [mereka] juga mengawasi hal itu dengan cermat,” kata John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional mengatakan kepada wartawan Gedung Putih pada hari Senin, dilansir ABC News.
Baca Juga:
Komandan Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Utara
Menurutnya, jeda apa pun dalam pertempuran dapat menguntungkan musuh untuk melakukan perbaikan, untuk mengistirahatkan pejuang, juga untuk mempersenjatai pasukan lagi.
“Jeda dalam pertarungan bisa dilihat sebagai sebuah keuntungan, tapi sekali lagi, saya ingin menekankan bahwa ini selalu menjadi bagian dari perhitungan," ungkap Kirby.
Perhitungan tersebut membebani manfaat yang akan diperoleh Israel dan AS dari kembalinya sandera yang ditahan oleh Hamas.