Mengontrol massa menjadi tidak mungkin, kata Rojas, seraya menuduh para pengunjuk rasa ingin membuat kekacauan demi kekacauan.
Castillo ditangkap dan dimakzulkan pada 7 Desember lalu, setelah dia mencoba membubarkan Kongres dan mengadakan pemilihan lebih awal. Anggota parlemen menuduhnya melakukan pemberontakan dan mempromosikan wakil presiden Dina Boluarte sebagai penggantinya. Pendukung Castillo menganggap ini sebagai kudeta tidak sah terhadap demokrasi.
Baca Juga:
Ratusan Massa Demo Kejari Gunungsitoli Desak Kasus Dugaan Korupsi Defisit-BOK Segera Dituntaskan
Untuk diketahui, Peru telah memiliki lima presiden dalam lima tahun terakhir, dengan Kongres mengutip ketentuan "ketidakmampuan moral" pada konstitusi untuk memberhentikan mereka yang tidak mereka sukai.
Mentweet dari penjara pada hari Selasa, Castillo mengatakan bahwa sejarah akan emngingatkan orang Peru tewas membela negara melawan kediktatoran kudeta, dan teror adalah peluru terakhir dari rezim yang memojokkan rakyat.
Menurut angka resmi pemerintah yang dirilis pada hari Selasa, setidaknya 47 orang tewas dalam protes tersebut. Ada satpam, 39 demonstran, dan tujuh warga sipil yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas terkait aksi unjuk rasa pemblokiran jalan.
Baca Juga:
Demo ke Pemerintah, Ojol Sampaikan 6 Tuntutan
Jenderal Polisi Peru Maximo Ramirez de la Cruz pekan lalu mengatakan bahwa lebih dari 300 petugas polisi terluka dalam bentrokan dengan demonstran, 19 di antaranya berakhir di rumah sakit. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.