WahanaNews.co | Kedutaan Besar Rusia di London mengultimatum Inggris agar menghentikan provokasi retoris "bodoh dan berbahaya" mengenai krisis Ukraina.
Inggris sebelumnya menuduh Rusia berencana memasang pemerintahan boneka di Ukraina.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
"London mendapati dirinya berada di sela-sela proses diplomatik nyata sebagai akibat dari kebijakan picik Inggris, jadi sekarang ia memainkan peran dalam hasutan terus-menerus dari sentimen anti-Rusia," demikian pernyataan Kedubes Rusia, dikutip dari Sputnik News, Minggu, 23 Januari 2022.
Kedubes Rusia menyebut Inggris menuduh Rusia mempersiapkan invasi 'tak terhindarkan' ke Ukraina dengan dalih palsu serta berpura-pura menjadi pemimpin ideologis 'dunia bebas'.
Para diplomat Rusia juga mengecam Menteri Luar Negeri Liz Truss karena menyebut Ukraina telah berperang melawan berbagai invasi dari Mongol hingga Tatar.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Kedubes Rusia mengatakan komentar Liz Truss adalah contoh sempurna dari standar profesionalisme yang lebih rendah di antara para politisi Inggris.
Menurut surat kabar The Telegraph, Inggris sedang mempersiapkan sanksi untuk Rusia, termasuk memberlakukan pembatasan pada pipa Nord Stream 2.
Inggris dilaporkan telah mengirim sekira 30 pasukan elit ke Ukraina untuk melatih angkatan bersenjata negara itu tentang senjata anti-tank, menurut laporan Sky News, Jumat, 21 Januari 2022.
Pasukan elit Inggris, Ranger Regiment tiba di Ukraina dengan pesawat militer serta membawa sekira 2.000 peluncur rudal anti-tank pekan ini.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina telah meningkat selama beberapa bulan terakhir.
Hal ini terjadi karena negara-negara anggota NATO menuduh Rusia berencana "menyerang Ukraina", menyusul pergerakan pasukan negara itu di wilayah Rusia.
Rusia menyoroti aktivitas militer NATO di dekat perbatasan Ukraina, yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan nasionalnya.
Rusia juga telah menegaskan bahwa mereka memiliki hak untuk memindahkan pasukannya di dalam perbatasannya sendiri.
Rusia menawarkan proposal jaminan keamanan untuk menghentikan eskalasi dengan aliansi serta menyarankan batasan serius untuk penempatan rudal dan pasukan untuk kedua belah pihak.
Namun, blok NATO tetap mempertahankan dan tidak akan meninggalkan kebijakan "pintu terbuka/open door". [qnt]